Filosofi Shalawat disusun Oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

 


Salah satu kemuliaan bulan Sya’ban yaitu turunnya Surah Al-Ahzab ayat 56,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab:56). Maka bisa dikatakan bahwa bulan Sya’ban yaitu bulan shalawat atas Nabi Muhammad. Maka para salafuna shalihin melazimkan shalawat bukan hanya di bulan Sya’ban saja tetapi juga diucapkannya setiap waktu.

Redaksi kata shalawat dalam QS Al-Ahzab:56 dimaknai  oleh para tokoh, diantaranya Syekh al-Mubarrid (seorang ahli tata bahasa Arab) menyatakan bahwa asal kata shalawat yaitu memberikan kasih sayang. Lalu Shalawat  Allah kepada rasul-Nya yaitu kasih sayang kepadanya sedangkan shalawat para malaikat kepada rasulullah yaitu kelembutan dan permohonan doa agar diberikan kasih sayang selalu untuknya. Sedangkan Syekh Abubakar al-Qusyairi mengungkapkan bahwa shalawat dari Allah ta’ala kepada seseorang selain nabi Muhammad adalah berupa kasih sayang akan tetapi shalawat-Nya untuk Sang Habibullah yaitu memberikan kedudukan kepadanya dan menambah kemuliaan kepadanya. (Imam Qadhi Iyadh:2004:421)

Di sisi lain Syekh Ali Baros mengatakan bahwa shalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan seutama-utamanya kedekatan, dan mengangkat maqam (derajat). Pernyataan tersebut memberikan satu perspektif bahwa shalawat merupakan jalan untuk mempermudah untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhammad baik dari mimpi ataupun berziarah ke makbarahnya di Madinah. Maka dari itu para ulama melazimkan bershalawat atas Nabi Muhammad dalam waktu-waktu senggangnya. Habib Umar bin Abdurrahman Alatas, guru dari Syekh Ali Baros memuat dalam ratibnya (Ratib Alatas) bacaan shalawat atas Nabi Muhammad yaitu 10 kali. Hal tersebut bersesuaian dengan hadis Nabi Muhammad SAW,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. at-Tabrani)

            Namun berapa kali afdolnya kita bershalawat atas nabi Muhammad. Imam Fudailh Iyadh menyatakan bahwa shalawat atas Nabi Muhammad itu hukumnya wajib atas jumlah yang tanpa batas di setiap waktu. Sebab hal tersebut Allah memerintahkan untuk bershalawat kepadanya dan hal tersebut dilakukan oleh para Imam Mazhab serta ulama menghukumkan wajib dan mereka mengumpulkan atasnya.

            Imam Hubaisyi menganjurkan untuk memperbanyak shalawat atas Nabi Muhammad pada setiap waktu. Selain itu ia menegaskan untuk bershalawat jika mendengarnya namanya,  menulis namanya, menyertai dalam awal dan akhir doa, ketika sebelum azan, ketika masuk dan keluar masjid, ketika tasyahud awal dan akhir, shalat jenazah, dan dua khutbah Jumat.

            Maka itu para ulama menjadikan shalawat nabi Muhammad sebagai wasilah untuk bisa bertemu kepadanya. Bahkan mereka yakin bahwa dengan bershalawat hajat-hajat pasti dikabulkan oleh Allah Swt. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw, “Barangsiapa yang bershalawat atasku sehari dengan seratus kali maka Allah akan mengkabulkan hajat-hajatnya seratus hajat. tujupuluh pada hajat di akhirat dan tiga puluh pada hajat di akhirat.”

            Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi memberikan jawaban setiap shalawat yang diucapkan lisan seorang muslim. Keyakinan tersebut ditambah dari penegasan dari Nabi Muhammad di dalam sabdanya, “Tidaklah seseorang yang bershalawat atas ku kecuali Allah mengembalikan ruhku sampai aku membalas shalawat tersebut.”

            Di dalam shalat lima waktu pun, seseorang yang shalat diwajibkan dalam shalawat atas Nabi Muhammad. Karena hal tersebut termasuk rukun di dalam shalat. Sebagaimana Sayyidina Umar meriwayatkan hadis Nabi Muhammad, “Tidaklah sah shalat bagi seseorang yang tidak bershalawat atasku.” Bahkan shalawat untuk Nabi Muhammad beserta ahlul baytnya juga ditegaskan di dalam sabdanya, “Barangsiapa yang shalat akan tetapi ia tidak bershalawat atas ku dan keluargaku maka tidak akan diterima shalat darinya,”

            Hadis di atas mengisyaratkan bahwa semua yang berhubungan dengan Nabi Muhammad maka akan diterima amal perbuatannya. Begitupun doa yang diterima oleh Allah yaitu doa yang disertai dengan shalawat atasnya. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Sayyidina Umar bin Khotob, Nabi Bersabda, “Doa dan shalawat itu berhubungan sebagaimana antara langit dan bumi, maka sesuatu (doa) tidak akan sampai ke Allah SWT sampai doa tersebut disertai shalawat atas Nabi Muhammad.”

           

 

 

           

 

 

 

 




Posting Komentar

0 Komentar