Riview Buku "Tuhan Ada di Hatimu"

 


Judul buku                  : Tuhan Ada Di Hatimu

Nama penulis              : Husein Ja'far Al-Hadar

Nama penerbit            : Noura Books

Tahun terbit                : 2020

Jumlah halaman         : 203 Halaman

Tebal buku                  : -

Buku ini mengajak kita sebagai pembaca untuk mengenal dakwah islam yang sarat akan nafas cinta, kasih, dan penuh lemah lembut. Alih-alih disampaikan dengan bahasa yang kaku, buku ini menyampaikan konten dakwah dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh kaum muda. Dimulai dengan prolog "Tuhan ada di hatimu", Habib Ja'far mengajak kita untuk melihat hal-hal yang berada di sekitar kita sebagai tanda-tanda kehadiran dan kebesaran-Nya. Bumi ini sejatinya adalah masjid,  dimanapun kita bersujud dan menyebut nama-Nya di situlah Tuhan berada, tidak terbatas hanya pada bangunan yang kita sebut masjid.

Simbol dan agama adalah dua hal yang sulit dipisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Sebagian masyarakat masih menganggap jika simbol suatu agama digunakan dan tampak kasat mata maka tingkat kesalihan orang tersebut sudah di atas rata-rata. Padahal faktanya tidak seperti itu juga, penggunaan simbol bukan ukuran mutlak ketaatan orang terhadap Tuhannya. Itu yang coba dijelaskan oleh Habib Husein dalam buku halaman 203.

Buku ini dibagi dengan 4 tema yang berbeda, yaitu hijrah, Islam yang bijak, akhlak Islam, dan tentang toleransi. Tema di atas merupakan respon terhadap isu-isu yang kekinian dan anak muda banget. Husein Ja’far atau yang lebih sering dipanggil Habib Husein mampu menjelaskan penjabaran fenomena ini dengan praktis namun dengan bersumber kepada kitab klasik maupun Al-Quran dan hadis.

Pada bagian pertama, Habib Husein menjelaskan kritik kepada golongan yang sedang hijrah. Hijrah itu tidak sekedar berubah dari belum berkerudung menjadi berkerudung, dari tak berjenggot menjadi berjenggot, tapi lebih ke substansi sebagai seorang muslim. Kita harus lebih murah senyum, bersikap lebih ramah kepada orang lain, lebih maju dalam ilmu pengetahuan, dan memiliki kepekaan sosial.

Hijrah jangan hanya berhenti di satu titik, karena menimba ilmu harus terus menerus. Seorang yang hijrah juga seharusnya mampu menghadapi perbedaan, tidak boleh sampai mengkafirkan yang lain. Karena perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT, juga merupakan sunatullah. Islam adalah agama yang tegas, bukan keras.

Dalam memahami Al-Quran dan Sunnah, Habib Husein punya pernyataan yang menarik: bukanlah kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, akan tetapi berangkat dari Al-Quran dan Sunnah. Maksudnya adalah mempelajari Al-Quran dan Sunnah itu menggunakan akal dan hati, kemudian kita ajak Al-Quran dan Sunnah bersinergi dengan ruang dan zaman di mana kita hidup. Substansi inilah yang penting kita pegang sebagai seorang muslim. Penting juga untuk mencari pendakwah yang mempersatukan, bukan menceraiberaikan.

Dalam bagian kedua, Habib Husein mengajak menyelami bagaimana islam yang bijak itu. Salah satu contoh adalah menyampaikan kebenaran yang bernilai kebaikan dengan cara yang indah. Benar saja tak cukup, ia harus bernilai kebaikan dan disampaikan dengan cara yang indah, misalnya dengan kreatif. Di bagian ini juga menyikapi tentang fenomena membela Tuhan. Perlukah? Atau jangan-jangan kita hanya membela ego kita sendiri.

Islam bukan agama perang, karena Nabi Muhammad SAW hanya 1 % saja dalam hidupnya melakukan perang, 99% sisanya Nabi berdakwah dengan kasih sayang dan menegakkan akhlak yang agung. Perang dalam Islam hanya bersifat defensif, artinya fitrah manusia itu sebenarnya membeci peperangan. Peperangan tidak dilakukan apabila tidak dalam keadaan darurat.

Berikutnya Habib Husein mengajak meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW. Nabi diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. Kalau ada seseorang yang membawa nama Islam akan tetapi jauh dari akhlak nabi, maka dia itu ikut siapa? Nabi dahulu sibuk mempersatukan yang beda, mengapa sekarang banyak yang mengkafirkan, menyesatkan, membid’ahkan sesama muslim? Hal ini tentunya menjadi bahan renungan untuk kita semua.

Perkara akhlak, kita juga harus dapat mengolah informasi yang berisi berita hoaks. Kita harus benar-benar menelusuri kabar yang datang kepada kita, entah itu melalui lisan atau smartphone. Harus haqqul yaqin, benar-benar yakin, bukan hoaks-qul yaqin atau yakin pada hoaks hanya karena malas ngecek sumber berita atau lantaran kabar itu menguntungkan kita.

Bagian terakhir menjabarkan tentang toleransi. Ada pendapat yang menjabarkan tentang hukum musik, namun yang lebih ditekankan adalah menghargai perbedaan pendapat tentang musik. Saya setuju dengan uraian Habib Husein, bahwa apabila musik membawa nilai-nilai luhur: kemanusiaan, perdamaian, ketulusan cinta, kesetiaan, dan lain-lain, itu termasuk musik yang baik dan hukumnya halal.

Islam diturunkan untuk menjadi solusi, bukan menambah permasalahan baru. Oleh karena itu, seharusnya kita tidak mempersulit diri sendiri apalagi orang lain. Islam itu sudah pasti moderat, yaitu berlaku adil dan pertengahan, tidak berat sebelah.

Buku ini menjelaskan tentang berbagai hal; hijrah, akhlak islam, dan Islam itu sendiri menurut Habib Husein Ja'far Al-Hadar dimana, itu semua dibawakan dengan sangat friendly dan mudah dipahami. Buku yang bisa kita semua jadikan refleksi, membuka pikiran kita tentang beberapa hal dari sudut pandang Islam. Tidak menggunakan bahasa yang sulit, mengalir saja membaca ini, asyik tanpa jeda, saking bahasa nya mudah dimengerti Selain itu, buku ini cukup menarik untuk kita baca, selain bahasa yang mudah dimengerti, buku ini memiki design yang berwarna, ada gambar, dan ada kutipan dihampir setiap halamannya. Ini mirip konsep buku-buku Wirda Mansyur, namun yang ini lebih sederhana. 

Kelebihan yang ada di buku ini yaitu isinya yang sangat bagus. Banyak hal yang dibahas di dalamnya dari mulai akidah, akhlak, hijrah, dakwah, dan fakta-fakta tentang islam yang mungkin belum diketahui banyak orang. buku ini juga mengajak pembaca untuk mengenal dakwah islam yang sarat akan nafas cinta, kasih, dan penuh lemah lembut. Alih-alih disampaikan dengan bahasa yang kaku, buku ini menyampaikan konten dakwah dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh kaum muda dan istimewa lagi, sering kali ada cerita-cerita islam yang terselip di setiap subbabnya. Bahkan ada beberapa cerita yang baru diketahui di buku tersebut.

Kekurangan yang ada di buku ini yaitu ada  beberapa kata yang tidak baku atau tidak sesuai dengan kamus KBBI, contohnya di buku ‘Tuhan Ada Di Hatimu’ yaitu kata solat ditulis shalat. Padahal kata baku dari kata shalat sendiri adalah salat. Bukan sholat, solat, maupun shalat. Meski secara pribadi memang cukup mengherankan jika kata yang lebih sering diucap solat dalam bahasa Indonesia. Dan dalam sebuah buku, apalagi buku terbitan mayor, mungkin sudah semestinya ditulis dengan kata baku.

Review dari saya tentang buku ini. yaitu sangat menarik dan juga sangat saya rekomendasikan untuk anak generasi Z, yang ingin mengetahui tentang islam lebih dalam dan membuat kita berpikir, bagaimana cara kita bertindak sebagai Umat Muslim. Habib menuliskan buku ini dengan cermat, detail dan mendalam kepermasalahan yang berlaku di sekitar kita.

 

 

 




Posting Komentar

0 Komentar