Kapan Lailatul Qadar itu? Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


      
      Surat Al-Qadr merupakan surat ke-97 di dalam al-Quran. Firman Allah yang terdiri dari lima ayat tersebut mempunyai karakter tersendiri di dalam ayat-ayatnya. Kekhasan tersebut bisa disimak bahwa pada ayat pertama, ayat kedua, dan ayat ketiga. Ayat pertama memuat kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan retoris yang ditunjukkan untuk Rasulullah, dan ayat ketiga adalah jawaban langsung dari Allah Swt atas pertanyaan ayat kedua.
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (3)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”
              Fokus dari ketiga ayat tersebut terletak pada kata Lailatul Qadar. Rasulullah memberikan perhatian penuh pada malam tersebut. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

”Barangsiapa yang mendirikan (ibadah) pada malam lailatul qadar atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Melalui hadis tersebut, maka para ulama salafuna salih menafsirkan  malam tersebut secara tersurat dan tersirat.
              Imam Syafi’i berkata, “Amal (ibadah) pada malam lailatul qadar lebih baik dari amal seribu bulan.” Sehingga umat muslim menanti malam tersebut dengan menjaganya lewat medium ibadah. Diantara mereka, ada yang menjaga dari awal Ramadhan, ada yang menjaga pada sepuluh malam terakhirnya, ada yang menjaga pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhirnya.  Imam Syafi’i juga menamakan malam tersebut juga malam penentuan atas amal-amal manusia di bulan Ramadhan. Artinya manusia yang mendapatkan lailatul qadar secara otomatis ia akan istiqamah beribadah setelah bulan Ramadhan.
              Syekh Abdul Qadir al-Jilani berkata, “Pada Lailatul Qadar itu malam yang agung atau malam penentuan, dinamakan Lailatul Qadar karena keadaan malam tersebut tinggi derajatnya dan malam yang kualitasnya berbeda. Karena Allah menentukan padanya (pada malam tersebut) seperti halnya Allah memerintahkan ibadah sunnnah di malam tersebut sama seperti ditahun-tahun yang akan datang.”
              Lantas malam keberapa di bulan Ramadhan yang menunjukkan Lailatul Qadar? Syekh Abdul Qadir al-Jilani menerangkan bahwa lailatul qadar bertepatan dengan sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan. Beliau memastikan bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ke dua puluh tujuh di bulan Ramadhan. Imam Malik R.A berpendapat bahwa seluruh sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah lailatul qadar tanpa menyebutkan kapan dan hari keberapa. Imam Syafi’i berargumen bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ke dua puluh satu di bulan Ramadhan. Adapun orang-orang yang berpegang teguh kepada Sayyidah Aisyah R.A berpendapat bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ke Sembilan belas di bulan Ramadhan.  Abu Dzar al-Ghifari dan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib keduanya menyatakan bahwa lailatul qadar jatuh pada malam dua puluh lima di bulan Ramadhan. Bilal bin Rabah meriwayatkan hadis Nabi Muhammad Saw bahwa lailatul qadar jatuh pada malam dua puluh empat di bulan Ramadhan. Sedangkan Abdullah bin Abbas dan Abi bin Ka’ab, keduanya berkata, “Sesungguhnya lailatul qadar jatuh pada malam ke dua puluh tujuh di bulan Ramadhan.”
              Adapun Imam Ahmad bin Hanbal membahas tentang hal lailatul qadar yang disandarkan pada riwayat Abdullah bin Umar Ra. Beliau berkata, “Mereka (para sahabat) senantiasa mengkisahkan kepada Rasulullah bahwa mimpi mereka tentang lailatul qadar jatuh pada malam ke tujuh pada sepuluh malam terakhir (malam ke-27 di bulan Ramadhan). Lalu Rasulullah bersabda, “Aku mengetahui mimpi kalian, sungguh aku membenarkan hal tersebut bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ke-tujuh pada sepuluh malam terakhir (malam ke-27 di bulan Ramadhan), barangsiapa yang menyelidiki  hal tersebut maka ia mendapatkannya (lailatul qadar) pada malam ke-7 dari sepuluh malam yang terakhir.”
              Akan tetapi adakah tanda-tanda dari malam lailatul qadar? Imam Nawawi mengungkapkan di dalam majmu’nya bahwa malam lailatul qadar jatuh pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dan biasanya pada malam-malam ganjil. Ia juga berijitihad bahwa tanda dari lailatul qadar yaitu tidak adanya cuaca panas dan cuaca dingin serta terbitnya cahaya matahari pada pagi hari dengan terasa  teduh.

             














Posting Komentar

0 Komentar