Habib Mujtaba yang Saya Kenal oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)



     
The Smiling Habib, julukan bagi Habib Anis bin Alwi al-Habsyi Solo. Beliau adalah sosok yang masyhur di seantero Indonesia. Sosok yang sederhana, a’lim, a’bid, wara’, dan ikhlas. Di sisi lain, beliau selalu bersama kitab-kitab setiap hari, baik itu mengajar ataupun belajar. Dua aktivitas tersebut yang diridhoi Allah ta’ala. Sebab dengan mengajar, seseorang memberi pengetahuan dan wawasan sedangkan dengan belajar, seseorang menganggap bahwa ilmunya Allah itu luas. Diantara kisahnya yang menarik, tercermin dari sikap sumeh (murah senyum) dan dermawan yang dimilikinya. Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya, orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus dan tidak pernah menyakiti hati orang lain, apalagi membuatnya marah,” terangnya. (https://jateng.nu.or.id/tokoh/habib-anis-bin-alwi-bin-ali-al-habsyi-guru-para-rais-nu-WjYYE+)

            Namun setelah Habib Anis al-Habsyi berpulang ke rahmatullah, masyarakat muslim di Indonesia menunggu pengganti the smilling habib selanjutnya. Tentu hal ini sangat sulit, sebab the smilling habib ini bukan hanya terlihat dari raut wajahnya saja yang selalu senyum. Akan tetapi dibalik raut wajah yang senyum tersimpan cahaya ilmu, cahaya ibadah, cahaya kewara’an, dan kelembutan hati. Menurut penulis, sosok tersebut ada pada diri Habib Mujtaba bin Syihab.

Habib Mujtaba bin Syihab adalah seorang pendakwah asal Palembang, Sumatera Selatan. Ia lahir pada 25 oktober 1988.  Ia alumni Darul Mustofa, Hadramaut, Yaman, pimpinan Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Konon yang penulis dengar, ia menimba ilmu di Darul Mustofa lebih dari tujuh belas tahun. Dari rentang waktu yang lama tersebut ia diberi mandat oleh Habib Umar mengajar di tempat tersebut. Mandat tersebut, ia terima sebab perintah guru bagian dari khidmah kepadanya.

Saya mengenal Habib Mujtaba bin Syihab di tahun 2021, pada saat itu masa reses covid 19 yang melanda Indonesia. Saya mengajak beberapa mahasiswa dan beberapa pelajar di sekolah menengah atas untuk menemui dirinya. Pada saat itu kita buat acara obrolan santai dengan generasi Z yang pembicaranya saya sendiri dan juga dia. Saya berbicara tentang akal bagi pribadi muslim dan ia berbicara pentingnya suluk dalam kehidupan generasi Z. Di saat itu, saya mencatat beberapa point penting dalam kalam-kalamnya, suluk itu ada karena cinta, cinta kepada Allah, cinta kepada rasulullah, cinta kepada gurunya, hati yang lapang dalam bergaul dengan sesama manusia, dan waktu yang efektif bersama Allah.

Pada saat itu para akademisi tertarik dengan konsep suluk yang disampaikan Habib Mujtaba bin Syihab. Sebab konsep tersebut mengikuti ajaran dari gurunya Habib Umar bin Hafidz. Melalui konsep itulah seseorang itu dicintai oleh orang banyak. Karena suluk tersebut seseorang sangat berhati-hati dalam berkata dan bertindak.

Habib Mujtaba bin Syihab, yang juga sebagai sekertaris Majelis Muwasolah Bainal ulama wal muslimin, kegiatannya selain mengajar, ia rajin mengunjungi para shalihin di Indonesia. Sebab, ia mengetahui bahwa nasehat para shalihin akan menjadikan diri seseorang lebih baik lagi. Dari situlah namanya dikenal oleh khalayak umum. Ditambah lagi, ia pernah sebagai pembicara  di Podcast Deddy Corbuzier di tahun 2023. Pada saat itu ada event besar yaitu kedatangan Guru Mulia Habib Umar bin Hafidz.

Pada podcast Deddy Corbuzier, Habib Mujtaba menjelaskan kesibukan gurunya di dalam keseharian. Dimana gurunya bisa memanaje waktunya dengan rapih. Mulai dari mutholaah, mengajar, bertemu dengan tamu, hingga bersama keluarga. Ketika itu Deddy Corbuzier bertanya kepada Habib Mujtaba, “Kapan waktu Habib Umar bersama keluarga?” Ia menjawab, “Habib Umar biasanya bersama keluarga di saat sehabis shalat Isyraq dan shalat Duha. Pada saat itu, ia sempat mengajar cucu-cucunya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sesuatu maslaah atau perkara dari anak-anaknya.”

Melalui kisah tersebut, Habib Mujtaba adalah sosok yang mencintai gurunya. Karena seseorang yang mencintai gurunya akan tahu dan memperhatikan kegiatan dan aktivitasnya. Selain itu apa yang diperintahkan selalu dijalankan dengan konsep sama’an wa thoatan (saya dengar dan saya taat). Pada tahun 2024 ini, ia mendapatkan mandat dari gurunya untuk balik ke Darul Mustofa untuk mengajar di sana. Tentu tanpa pikir panjang ia hanya mengiyakan perintahkan gurunya demi mendapatkan ridho Allah Swt. Sehingga aktivitas dakwahnya di berbagai tempat di Jakarta harus ditawakufkan sementara sampai waktu yang akan ditentukan gurunya untuk balik ke Indonesia lagi. Wawlahu a’lam

 

 




Posting Komentar

0 Komentar