Spirit Moderasi Beragama Menciptakan Jiwa yang Humanis Oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

Moderasi beragama, termin yang selalu menarik untuk dibahas. Hal tersebut memuat spirit kedamaian, ketentraman, dan kenyamanan di tengah kehidupan yang plural. Spiritnya selalu merujuk pada QS al-Baqarah ayat 143:

كَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Melihat ayat di atas bahwa al-Quran menyimbolkan moderasi beragama dengan kata umatan washatan. Ibnu Katsir berpendapat bahwa umatan washatan yaitu umat yang terbaik dari umat-umat yang ada. Umat tersebut tidak lain adalah umat nabi Muhammad Saw atau umat Islam. (Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi:2015:73)

Prof Quraish Syihab mengutip perkataan Imam Ar-Razi bahwa moderasi beragama itu umat yang adil. Umat yang bisa menempatkan sesuatu pada proporsinya, tidak berlebihan dan juga berkekurangan dalam segala hal (Quraish Syihab:2022:11). Sehingga umat yang demikian harus mempunyai ciri khas untuk membedakan dengan umat lainnya.  Bahkan Allah sendiri yang menyuruh umat muslim mempunyai ciri khas tersendiri di dalam bermasyarakat. Seruan tersebut telah termaktub di dalam al-Quran:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Maka karakter seorang muslim yang dicirikan pada ayat di atas yaitu seorang yang mempunyai kasih sayang satu sama lain bukan seseorang yang suka menyebarkan ujaran kebencian. Sebagaimana Rasulullah bersabda

الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Orang Mukmin adalah orang yang ramah, dan diperlakukan dengan ramah, tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak bebuat ramah, dan tidak pula pada seseorang yang tidak diperlakukan dengan ramah, dan sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR: Al-Thabarani)

              Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa seorang mukmin yang menginternalisasi termin moderasi beragama di dalam kehidupan itu berjiwa humanis. Jiwa yang humanis itu selalu bersikap ramah dan santun dalam bertutur, bersikap, dan bertindak. Tanpa sikap-sikap tersebut bumi pertiwi ini akan tidak tercipta persatuan dan kesatuan. Yang ada hanya perdebatan, caci maki, dan membela kepentingan pribadi dan golongannya saja.

              Namun apabila ditemukan problematika atau permasalahan antara golongan dengan golongan lainnya atau pribadi dengan pribadi lainnya maka diperlukan tabayun. Karena tabayun adalah sikap seorang muslim yang moderat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebagaimana kata tersebut sudah termaktub di dalam al-Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat/49:6)

            Erwan Efendi menuturkan makna tabayun yaitu mencari kebenaran atau kejelasan suatu fakta secara hati-hati dan teliti. Apalagi di zaman sekarang ini sangat penting itu melakukan tabayun supaya terhidar dari prasangka buruk. Allah juga memerintahkan dalam surat Al-Baqarah ayat 6 bahwa setiap menemui berita dan informasi hendaknya berhati-hati dan mencari bukti kebenarannya. (Erwan Efendi:2000:4)

             

             




Posting Komentar

0 Komentar