Syekh Ibnu Hajar Al-Atsqalani pernah berkata, “Barang siapa yang sering duduk dengan orang kaya yang munafik dan fasiq maka ia akan cinta kepada dunia dan keras hatinya.” Perkataan itu bukan berarti orang-orang muslim tidak boleh menjadi orang kaya. Sebab di dunia diciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan, siang dan malam, serta miskin dan kaya. Kalau tidak ada orang-orang muslim yang kaya maka siapa yang akan memperhatikan mustahiq dan delapan asnaf yang telah dimaktubkan dalam al-quran surat al-baqarah ayat 60.
Orang-orang kaya di zaman nabi Muhammad
memberikan dampak dan efek bahwa agama Islam disegani. Di antara orang-orang kaya di
zaman Nabi Muhammad yaitu Sayyidina Abubakar al-Siddiq, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin
Ubaidillah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Buktinya Sayyidina Abubakar
al-Siddiq ketika masuk Islam, beliau langsung menjual sembilan tokonya untuk perjuangan Islam. Di sisi lain
Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi Muhammad yang paling kaya. Total kekayaannya Total kekayaan yang dimilikinya saat wafat
mencapai 3.200.000 Dinar atau sekitar Rp 6.212.688.000.000 (enam
triliun, dua ratus dua belas miliar, enam ratus delapan puluh delapan juta
rupiah).
Namun
kekayaan sahabat-sahabat nabi tersebut bukan menjadikan diri mereka bakhil dan
sombong. Malahan dengan hal tersebut, mereka sebagai dermawan dan gemar
menyumbangkan hartanya kepada orang miskin. Sebagaimana firman Allah Swt:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ
اَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih
baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
(QS Al-Kahfi :46)
Abu Al-Fath Al-Abshihi memberikan
komentar terhadap ayat di atas bahwa kemiskinan itu pangkal dari segala ujian atau bencana dan mengajak membuat keonaran kepada orang lain.
Keadaan yang demikian pula ia akan merampas milik orang lain dengan keadaan
menghilangkan rasa malu. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak ada kebaikan
bagi seseorang yang tidak cinta kepada harta. Melalui harta tersebut untuk menyambung
silaturrahmi, melaksanakan amanah, dan agar tidak meminta-minta kepada makhluk-Nya.”
(Abu Al-Fath Al-Abshihi:2015:310)
Sayyidina Ali RA berkata, “Kemiskinan
itu kematian yang amat besar, dan sungguh Rasulullah meminta perlindungan
kepada Allah dari kekufuran, kefakiran, dan azab kubur.” Kemudian menantu
Rasulullah melanjutkan, “Barangsiapa yang menjaga dunianya maka ia wajib menjaga
kehormatan agama dan dirinya.”
Pernyataan Sayyidina Ali di atas
memberikan pandangan bahwa para muslimin yang kaya harus memiliki rasa syukur terhadap
anugerah dan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Maka dari itu orang
muslim kaya yang bijak dan selamat, ia selalu menghitung zakat, infaq dan shodakoh
untuk dikeluarkan sebagai bagian dari hifzul mal (penjagaan terhadap harta).
Sebab di dalam harta mereka ada hak orang lain. Jika seorang kaya itu bakhil
maka ia akan terjatuh pada kekufuran.
Bahkan Allah tidak suka kepada orang
kaya yang mempunyai sifat bakhil. Hal tersebut telah termaktub di dalam
al-quran:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ
يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْۗ بَلْ هُوَ
شَرٌّ لَّهُمْۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ وَلِلّٰهِ
مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌࣖ
Jangan sekali-kali orang-orang yang
kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran)
itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari
Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat
kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS al-Imran/3:180)
Di sisi lain Rasulullah menegaskan
kembali bahaya bakhil, “Allah membenci orang yang bakhil di dalam hidupnya
dan dermawan ketika ia menuju kematiannya.”
0 Komentar