Husnudzon dan Imunitas oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

 

        Husnuzon merupakan sikap positif thinking terhadap Allah Swt. Sikap tersebut dimiliki para Nabi, Khulafau al-Rasyidin, Tabi’in, Tabii’na Tabi’in, dan ulama al-amilin. Tentunya, mereka memiliki sikap tersebut karena keyakinan penuh pada Allah, bahwa Allah-lah yang menentukan kondisi baik dan buruk manusia. Hal tersebut sesuai dengan rukun iman yang ke 6 yaitu percaya atas qada dan qadhar Allah Swt. 

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya husnuzon kepada Allah Swt. ada pada seseorang yang baik ibadahnya.” Perkataan Rasulullah mengindikasikan bahwa husnudzon ada pada seseorang yang beribadah kepada Allah, baik itu ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Ibadah yang baik pula adalah ibadah yang lillahi ta’la, semua ibadah yang dilakukan karena Allah taa’la. Oleh karena itu ada relasi antara husnuzon dan ibadah yang ikhlas.

Para sufi sering membahas termin husnudzon ini baik pada ceramah maupun bentuk literasi mereka . Sebab termin tersebut abstrak bagi kaum awam. Syekh Sahl bin al-Thustari berkata, “Dengan hudznuzonku kepada Allah maka aku selalu berharap ampunan dari Rabb-ku”. Statement tersebut memberikan satu pandangan bahwa hudznuzon adalah pintu masuk untuk berharap kepada Allah Swt. Tanpa pintu tersebut harapan manusia masih berharap kepada makhluk.

Di masa pandemi Covid 19, manusia wajib meningkatkan imunitas tubuh. Sebab Sistem imunitas merupakan sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang memiliki peran dalam mengenali dan menghancurkan benda-benda asing atau sel abnormal yang merugikan tubuh kita. Sehingga tubuh manusia tidak rentan terserang penyakit atau virus. Melihat hal yang demikian, orang-orang musti menambah ikhtiar dan terus husnudzon kepada Allah taa’la. Ikhtiar di masa Pandemi Covid 19 berupa mematuhi 5M.: Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi. Setelah itu husnudzon dengan selalu berfikir bahwa Allah yang Maha Pemberi Ketentuan atas diri manusia.

Imunitas tubuh akan naik seiring husnudzon pada Allah. Karena dengan berbaik sangka pada-Nya akan terlihat semangat dan motivasi untuk hidup. Tentunya hidup yang selalu berharap yang terbaik dari-Nya. Sebagaimana Syekh Abdullah bin Manazil berkata, “Harapan yang asli pada Allah yaitu yang lahir dari rasa takut pada Allah, rasa takut pada Allah ada karena kebenaran perbuatan, kebenaran perbuatan lahir dari ketulusan. Untuk itu setiap harapan yang memang diawali dengan rasa takut kepada-Nya maka ia akan kembali kepada keamanaan dan ketenangan.”

Maka ada hubungan antara husnudzon, raja’(harapan), dan khauf(takut pada Allah). Hubungan itu yang membuat seorang itu optimis dalam menghadapi kenyataan dalam kondisi apapun. Semisal, ada orang yang terpapar Covid 19 walaupun ia menjaga prokes dengan ketat. Akan tetapi ia barengi dengan sifat husnudzon kepada-Nya. Orang tersebut tetap tenang dalam ketentuan yang Allah berikan. Ketenangan tersebut dengan berharap selalu pada Allah melalui berobat, isolasi mandiri, dan berdoa. Kemudian ia bukan takut karena virus tersebut malahan ia lebih takut dengan tidak dimaafkan dosa-dosanya oleh Allah. Disitulah Allah akan memberikan kekuatan berupa imunitas untuk melawan virus Covid 19.

Husnudzon dan imunitas, dua termin yang bisa dikorelasikan di masa Pandemi Covid 19. Bila husnudzon itu tinggi maka imunitas akan tinggi. Jika husnudzon itu rendah maka imunitas akan turun. Sebab melalui husnudzon, manusia mengakui bahwa kekuatan Allah yang paling dahsyat untuk menentukan  kondisi yang terbaik bagi manusia.

          Adapun cara-cara meningkatkan husnudzon kepada Sang Rahman perlu banyak berzikir kepada Allah Swt, baik zikir Jali dan Khafi. Zikir Jali ini diucapkan dengan suara jelas untuk menuntun gerak hati. Misalnya, dengan mengucapkan tahlil (La Ila-ha Illa Allah), tasbih (Subhana Allah), takbir (Allahu Akbar), membaca Alquran, dan doa lainnya. Sedangkan Zikir khafi dilakukan secara khusuk oleh ingatan hati, baik disertai zikir lisan maupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan zikir seperti ini hatinya akan merasa senantiasa memiliki hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu merasakan kehadiran Allah SWT kapan dan di mana saja.

Gambar diambil dari: stikessurabaya.ac.id 

 

 

 

 

 

 

           




Posting Komentar

0 Komentar