Ziarah Wali Allah di Bandung oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ )

            Bandung, terkenal dengan sebutan kota Paris Van Java. Julukan itu dipopulerkan pertama kali oleh orang-orang Belanda. Sebutan tersebut mengarah pada kesibukan kota tersebut dengan sentra perdagangan, bisnis, dan kuliner. Terlihat banyaknya mall, distro, café, dan tempat hiburan sebagai roda perekonomian yang berlangsung hingga saat ini. Sehingga pada saat weekend, kota kembang itu berujung pada kemacetan

            Di tengah hiruk pikuknya suasana Bandung ada makam wali-wali Allah. Akan tetapi makam wali Allah yang saya kunjungi hanya dua yaitu Habib Usman bin Husein Alaydrus dan Habib Ayib Muhammad bin Salim Assegaf. Makam Habib Usman Alaydrus terletak di dekat Pasar Caringin Bandung. Beliau merupakan tokoh Nahdatul Ulama (NU) di Bandung. Terbukti beliau pernah menjabat sebagai Rais Syuriah NU bandung pada priode 1950-1955 dan Rais Syuriah PWNU Jawa Barat pada tahun 1960-1970. Salah satu kegemarannya yaitu menulis. Tulisan-tulisannya berbahasa sunda membahas seputar ibadah. Kumpulan tulisan-tulisannya tentang ibadah dijadikan satu dengan judul Panggilan Selamat. Adapun karya lainnya yaitu Sumber Peradaban, al-Muslih, dan Tutungkusan.

            Lokasi kuburan Habib Usman Alaydrus memang tidak bisa masuk kendaraan mobil akan tetapi bisa dilalui motor. Adapun sopir yang bersama saya menaruh mobil di luar gang dan saya menelusuri gang-gang sempit untuk menuju ke kompleks pemakamannya. Akan tetapi setelah saya sampai ke tempat tersebut terlihat kerindangan dan kesejukan suasana di dalamnya. Hal tersebut mempunyai nilai filosofi yaitu ikhtiyar, mujahadah, dan sederhana, Ikhtiyar dalam mencari keridhoan Allah, bersungguh-sungguh dalam menjalani perintah Allah dan menjauhi larangannya, dan kewara’an serta ketawadhuan dalam hidup.

            Adapun makam kedua yang saya ziarahi yaitu Habib Ayib Muhammad bin Salim Assegaf. Makamnya terletak di Tempat Pemakaman Umum di Cibarunai, Bandung. Makamnya terletak di atas pojok kanan. Pada saat saya ziarah waktu menunjukkan pukul 12:15, dalam keadaan terik matahari yang menyorot. Ketika saya masuk ke area pemakamannya ada tulisan “Harap melepas Alas Kaki”, dalam hati saya bergumam wah nanti panas nih kaki saya kalau melepas alas kaki, walaupun disitu terdapat rerumputan. Subhanawlah, ketika saya melepas sandal dan masuk ke area pemakamannya malah berkebalikan dari kata hati saya, suasana teduh, rindang, dan sejuk. Bahkan tidak ada rasa panas di kaki saya. Wawlahu A’lam

 




Posting Komentar

0 Komentar