Mengapa Adab Tergerus oleh Zaman? oleh Sayyid Muhammad Yusuf, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


            Era digitalisasi memudahkan seseorang untuk mengakses beberapa situs dan media sosial di gawainya. Hal tersebut berimplikasi pada hubungan erat antara manusia dengan smart phonenya. Kondisi tersebut bisa berpengaruh bagi perilaku dan perangai seseorang. Apalagi ketika alat canggih yang menembus ruang dan waktu tersebut digunakan untuk mencari sesuatu yang negatif. Pemicu tersebut akan terjadi seseuatu yang menimbulkan nir-adab terhadap orang lain. Seperti adanya pembacokan seorang guru oleh seorang murid, aksi bullying yang terjadi di institusi pendidikan, dan saling caci maki karena perbedaan pendapat.

            Perlu kita ketahui adab yang baik itu adalah proses untuk seseorang mempunyai akhlak mahmudah (akhlak mulia). Tentu kalau adab ini hilang tergerus oleh zaman maka akhlak juga hilang. Atau bisa jadi ketika seorang muslim tidak memperhatikan adab kepada Allah Swt maka adab terhadap terhadap orang lainpun akan terabaikan. Adab kepada Allah itu seperti masuk masjid menggunakan kaki kanan dan mengucapkan “Allahumagfirli waftahli abwaba rahmatik” (Ya Allah ampunilah aku dan bukakan kepada ku pintu-pintu rahmat-Mu) setelah itu menunaikan shalat tahiyatul masjid (shalat penghormatan kepada rumah Allah tersebut. Setelah menunaikan ibadah di tempat suci tersebut keluarnya pun juga denga adab dengan kaki kiri dan mengucapkan Allahumagfirli waftahli abwaba min fadlik”(Ya Allah ampuni aku dan bukakan pintu-pintu dari karuniaMu)

            Disisi lain, masih terlihatnya sebagian orang muslim yang tidak berpakaian rapi ketika masuk masjid. Afdoliyahnya memang ketika kita menunaikan shalat baik fardhu ataupun sunnah menggunakan baju koko dan sarung. Atau paling tidak menggunakan kemeja yang rapih dan celana panjang. Malahan mereka menggunakan baju kaus yang tipis atau yang sudah kumel. Tentu dari adab yang kurang rapih kepada Allah ini akan berdampak adab yang kurang baik terhadap orang lain.

            Tentu sejak dini seorang anak harus diajarkan adab yang baik melalui teladan orang tua. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Hak seorang ayah terhadap anaknya ada tiga yaitu memberikan nama yang baik, memberikan pendidikan yang baik, dan memberikan teladan yang baik.” Melalui hadis tersebut adab terbentuk dari sisi internal setiap orang. Ketika orang tua tidak mendidik anaknya dengan teladan berupa adab yang diajarkan maka mereka tumbuh dengan mengabaikan adab juga. Seperti pepatah, “Barangsiapa yang terbiasa oleh sesuatu maka ia akan terbiasa sampai dewasa.”

            Pemaparan di atas bisa kita ambil satu pandangan bahwa adanya etika akan berimplikasi pada estetika. Sebab etika itu berhubungan dengan adab sedangkan estetika berhubungan dengan moral dan akhlak.  

 

           




Posting Komentar

0 Komentar