Pergaulan
rasulullah menggunakan adab. Pergaulan dengan sahabat-sahabatnya, pergaulan
dengan kaum menengah ke atas, dan juga pergaulan dengan kaum menengah ke bawah.
Memang peragulan terhadap orang-orang fakir harus dengan penuh kehati-hatian.
Sebab mereka mempunyai tingkat sensivitas yang tinggi. Imam Qusyairi pernah ditanya oleh muridnya,
“Bagaimana bergaul dengan orang-orang fakir miskin?” Ia menjawab, “Bergaul
dengan mereka yaitu bisa membahagiakan mereka, mendahulukan kepentingan mereka
ketimbang dengan dirimu, dan harus mempunyai jiwa pemaaf di depan mereka.”(Imam
Qusyairi:2022:19)
Di
sisi lain Imam Qusyairi menyuruh muridnya untuk bersikap simpati terhadap
kondisi orang-orang fakir dan jangan berharap pujian atas sesuatu yang kau
telah berikan kepada mereka. Ketahuilah
ketika kamu dibutuhkan oleh orang-orang fakir, apabila salah seseorang dari
mereka meminjam sesuatu atas mu maka dari adab pertemanan kepadanya pinjamilah
semampunya. Kemudian setelah itu membebaskan apa yang telah kamu pinjamkan. (Imam
Qusyairi:2022:20)
Rasulullah Saw sangat dekat dengan orang-orang miskin. Sebab hal tersebut akan menjadikan diri tidak selalu memandang ke atas dan tidak lupa untuk memandang ke bawah. Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda, “Sambunglah kekerabatanmu apabila terputus, cintailah orang-orang miskin, dan perbanyaknya duduk dengan mereka.” Selain itu Nabi Muhammad berwasiat, “Duduklah dengan orang-orang miskin, jenguklah jika mereka sakit, uruslah jika mereka wafat, dan jadikanlah urusan-urusan tersebut ikhlas.”
Saking sayangnya Rasulullah kepada
orang-orang miskin sehingga beliau bersabda:
يَدْخُلُ
فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِيْنَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِنِصْفِ
يَوْمٍ وَهُوَ خَمْسُ مِائَةِ عَامٍ.
“Orang-orang
faqir kaum Muslimin akan memasuki surga sebelum orang-orang kaya (dari kalangan
kaum Muslimin) selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun”
Melalui
hadis nabi Muhammad di atas bisa diambil satu perspektif bahwa seseorang yang
kaya jangan sombong. Sebab dirinya akan dihisab di akhirat kelak karena pertanggungjawaban
harta yang digunakan. Untuk itu pergunakanlah harta yang ada untuk membatu
orang-orang yang membutuhkan. Sehingga ada rasa saling keterikatan persaudaraan
sesama muslim dan menjauhkan kesenjangan sosial. Sebagaimana Rasulullah
bersabda:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ مَنْ
نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ
اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari
kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan
dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan orang
yang kesulitan (utang), maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan
akhirat.”
0 Komentar