Tradisi Maulid Arba’in Oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia)


          


  Rabi’ul Awal merupakan bulan yang ditunggu oleh umat muslim. Pasalnya pada 12 Rabiu’l Awal ialah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Tentu masyarakat muslim di Indonesia menyambut bulan tersebut dari awal Rabi’ul Awal sampai menjelang bulan Ramadhan. Penyambutan tersebut dengan membaca riwayat Nabi Muhammad Saw dalam bentuk prosa dan syair. Adapun riwayat Nabi yang sudah masyhur di telinga masyarakat muslim antara lain, al-Barzanji, Azab, Syaraful Anam, Diba’, Simtud al-Duror, dan Addhiya al-Ulami. Dalam pembacaan riwayat Nabi umumnya diiringi oleh hadrah atau rabana. Selain itu juga ada musyid atau seseorang yang menyenandungkan shalawat di sela-sela pembacaan sirah nabawiyah tersebut.

            Ada satu tradisi di bulan Rabi’ul Awal untuk menyemarakan bulan kelahiran Sang Pembawa Risalah yaitu Maulid Arba’in. Maulid Arba’in terdiri dari dua kata maulid dan arba’in. Maulid yaitu istilah yang digunakan untuk acara kelahiran nabi Muhammad. Sedangkan arba’in yaitu empat puluh hari dalam menyelenggarakan acara tersebut. Biasanya, tradisi tersebut untuk menyambut maulid agung yang akan diselenggarakan di satu wilayah tertentu. Selama 39 hari acara maulid diselenggarakan berpindah pindah dari satu rumah warga ke rumah lainnya, dari satu mushola ke mushola lainnya, atau dari majelis taklim ke majelis taklim lainnya. Lalu pada hari ke 40-nya, acara tersebut dilaksanakan di Masjid Agung.

            Adapun histori maulid arba’in itu pertama kali diselenggarakan di Kampung Arab Palembang  pada tahun 1995. Adapun tujuan dari maulid arba’in ini yaitu agar wilayah yang menyelenggarakan acara maulid akan damai, tentram, dan berkah. Sebab pada acara tersebut dibacakan lantunan ayat-ayat al-quran, riwayat nabi Muhammad, dan tausiyah agama  shalawat kepada sang Mustofa. Sehingga masyarakat percaya bahwa acara tersebut mendatangkan hasanat (kebaikan-kebaikan) menghilangkan syaiyaat (kuburukan-keburukan).

(https://historicalmeaning.id/tradisi-maulid-arbain-dan-nilai-pentingnya-bagi-muslim-indonesia/)

Maulid Arba’in juga menjadi moment untuk mempererat ukhuwah islamiyah pada satu wilayah. Intinya dari acara ini ialah silaturahmi masyarakat muslim untuk saling mengenal dan berkomunikasi antar mereka. Apalagi di era digital sekarang ini, acara tersebut menjadi penting dilaksanakan agar masyarakat tidak sibuk dengan dunia maya-nya dan harus berinteraksi dengan dunia nyata-nya. Sehingga impikasi acara tersebut akan mempererat tali persaudaraan dan rasa simpati satu sama lainnya.

 Di sisi lain maulid arba’in ini bukan hanya membawa dampak kecintaan kepada Nabi Muhammad akan tetapi membawa dampak ekonomi bagi warga sekitar. Pasalnya, warga diizinkan untuk menjajakan dagangannya di acara tersebut. Adapun pedagang yang sering terlihat di acara tersebut ialah pedagang tasbih, baju koko, minyak wangi, dan beraneka macam makanan dan minuman.

           




Posting Komentar

0 Komentar