Generasi milenial biasa disebut dengan generasi Z. Generasi tersebut sangat dekat dengan gawai dan media sosial. Ketika mereka penasaran tentang sesuatu maka mereka akan mencari sesuatu itu di mesin pencari google. Implikasinya kepercayaan dan ketergantungan terhadap mesin pencarian tersebut lebih besar dibanding membaca referensi buku-buku. Kondisi itu yang membuat generasi Z terjebak pada pemahaman yang keliru dan salah.
Realitas penyebaran hoax dan ujaran kebencian kerap kali terjadi pada kaum milenial. Situasi tersebut membawa pengaruh kepada kaum sejawat mereka. Solusi dari permasalahan tersebut adanya pendekatan sosioreligius kepada mereka. Pendekatan tersebut bisa berupa meluruskan perspektif mereka dengan nasihat berupa problem solving dan mengajak kebaikan dengan cara-cara yang praktis.
Dakwah enjoy dan happy fun merupakan dakwah yang paling mudah diterima di kalangan gen Z. Untuk itu da'i-da'i di era revolusi 4.0 harus mengerti dan memahami dunia mereka. Paling tidak para pendakwah jangan terlalu melarang ruang gerak dan batas atas kesukaan dan hobby pemuda-pemudi milenial. Kebanyakan dari mereka suka akan hal-hal yang kekinian. Misalnya, tik-tok, salah satu aplikasi yang paling banyak diakses mereka. Disinilah para da'i bisa berperan untuk meramaikan tik-tok untuk bisa mempengaruhi labilnya kondisi mereka.
Selain itu, dunia gamer, paling digemari oleh Gen Z untuk menghilangkan penat atas kegiatan belajar mereka. Peran para da'i memberikan rambu-rambu terhadap mereka untuk hati-hati jangan sampai kecanduan dan meninggalkan kewajiban ibadah. Bisa hal tersebut dibungkus dengan retorika, "Pencipta Games itu siapa? Pencipta dari pencipta games itu siapa? Maka Pencipta utama dari games itu adalah Tuhan. Jika Gen Z tidak mau ibadah kepada Tuhan maka ia tidak bersyukur atas adanya games tersebut.
0 Komentar