Fungsi Agama Bagi diri Manusia Oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

    


 Agama merupakan suatu fenomena yang abadi dalam kehidupan manusia, tetapi akan menggambarkan bahwa agama tidak terlepas daari pengaruh realitas dan perkembangan masyarakat. Agama dan realitas budaya ada kemungkinan yang terjadi dalam agama tidak ada realitas yang nyata dalam realitas budaya. Agama akan berkembang dengan mengikuti masyarakat yang beradaptasi dengan lingkungan. 

Peran agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma  tertentu.   Agama  berpengaruh  sebagai  motivasi  dalam  mendorong  individu  untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur  kesucian, serta ketaatan. Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.

Di lihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu, baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagi pembentuk kata hati (conscience). Kata hati menurut Erich Froom dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali manusia kepada dirinya. Erich Froom melihat manusia sebagai makhluk yang secara individu telah memiliki potensi humanistik dalam dirinya. Kemudian selain itu individu juga menerima nilai-nilai bentukan dari luar. Keduanya membentuk kata hati dalam diri manusia. Dan apabila keduanya berjalan seiring secara harmonis, maka manusia akan merasa bahagia.

Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah hidayat alghariziyyat (naluriah); hidayat al-hissiyat (inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar); dan hidayat al-diniyat (agama). Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan tehadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimiliki itu. Dengan semikian jika potensi fitrah itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan maka akan terjadi keselarasan. Sebaliknya jika potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan oleh kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidakseimbangan.

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai :

A. Berfungsi Edukatif. Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruh dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

B. Berfungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya melalui: pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.

C. Berfungsi Sebagai Pendamaian. Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila sesoerang pelanggar telah menebus dosanya melalui :tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

D. Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol. Para pengganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

E. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas. Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadangkadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

F. Berfungsi Transformatif. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

G. Berfungsi Kreatif. Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

H. Berfungsi Sublimatif. Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, malinkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan normanorma agama, bila dilakukan atas niat tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah.

Orang-orang yang berspekulasi tentang asal usul agama sering mengemukakan gagasan agama merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang tidak sepenuhnya terpenuhi didunia ini. Kebutuhan dasar manusia primitif adalah keagamaan terhadap bebagai ancaman seperti kelaparan, penyakit, dan kehancuran oleh musuh-musuhnya. Banyak diantara kehidupan sehari-harinya dalam berburu, pertanian, dan sebagainya, diarahkan kepada upaya untuk mneghindari bahaya-bahaya ini, meskipun dia sama sekali tidak berhasil melenyapkan bahaya-bahaya itu.

        Untuk mendukung kegiatan-kegiatan pengamanan ini dia menambahkan beberapa sarana yang dipungut dari keyakinannya terhadap adanya dunia spritual dalam bentuk perbuatan-perbuatan ritual dan do’a-do’a pengharapan, yang juga di anggap dapat melindunginya. Manusia modern masih merasa tidak aman dalam menghadapi berbagai bahaya yang mengancamnya, barangkali dia masih mempergunakan do’a pengharapan sebagai salah satu alat untuk melindungi diri dari berbagai ketidakamanan.

Gambar diambil dari: www.merdeka.com




Posting Komentar

0 Komentar