Bumi berotasi 24 jam dalam sehari. Waktu tersebut tentu menunjukkan kehidupan manusia yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab waktu yang kita jalani akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Bahkan Allah Swt berfirman khusus tentang waktu pada surat al-Ashr:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِDemi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS Al-Ashr/103:1-3)
Habib Muhammad bin Alwi Alaydrus
berkata, “Sungguh jika engkau melihat manusia pada umumnya tidak mengerti
makna kehidupan, sehingga dari mereka
ada yang Allah berikan kekayaan kepadanya melalui pekerjaannya dengan banyak
harta. Namun ia hanya duduk di pasar di sepanjang siang, yang ia lihat hanya
lalu lalang manusia. Lantas berapa keburukan dan kemungkaran yang melintas
padanya?” (Muhammad Alaydrus: 2010:6)
Pernyataan Habib
Muhammad Alaydrus menunjukkan sedikitnya
waktu manusia bersama Allah. Sehingga
waktu tersebut terlewat sia-sia. Imam Junaid al-Baghdadi berkata, “Waktu
jika terbuang tanpa intropeksi diri maka tidak ada sesuatu kemuliaan pada waktu
tersebut.” Perkataan Imam Junaid mengingatkan kita untuk meluangkan waktu
untuk bermuhasabah atau intropeksi diri. Sebab dengan muhasabah tersebut ada
perbaikan bagi diri. (Abu Abdurrahman Muhammad al-Sulami: 2020:133)
Betapa pentingnya
waktu bagi orang-orang shalih, mereka menggunakannya dengan taqarub kepada
Allah. Sebab perputaran waktu pada hakikatnya menjemput kematian manusia.
Walaupun waktu kematian bersifat abstrak dan hanya Allah yang mengetahuinya. Imam
Junaid al-Baghdadi berkata, “Banyak manusia yang tahu tentang hakikat waktu
namun banyak pula dari mereka yang melalaikannya.” (Abu Abdurrahman
Muhammad al-Sulami: 2020:133)
Orang-orang
shalihin mempunyai keberkahan waktu dibanding dengan orang-orang awam. Sebab mereka
bisa mengatur waktu dengan baik. Waktu siangnya,
terbagi untuk urusan dunia dan akhirat, sedangkan waktu malamnya didedikasikan bersama Allah Rabb al-Alamin. Output dari amal-amalan yang mereka lakukan,
dunia menjadi sekedarnya dan akhirat menjadi tujuan yang abadi.
Imam Abdullah bin Alwi al-Hadad
berkata, “Hendaklah kamu memanfaatkan waktu-waktu untuk mengerjakan ibadah-ibadah.
Sehingga kamu tidak melintasi waktu malam atau siang kecuali amal baik melekat
pada dirimu dan terpatri amal-amal (Ibadah) tersebut padamu. Maka dengan
demikian terlihat keberkahan waktu-waktu, terjadi kemanfaatan umur, dan selalu
berjumpa dengan Allah ta’ala.” (Abdullah al-Haddad:2010:25)
Pernyataan
Imam Haddad di atas bisa diambil satu perspektif bahwa ibadah itu sangat
penting. Karena ibadah merupakan keyakinan bahwa Allah yang menentukan
segalanya. Mulai dari umur, rezeki, jodoh, sampai pekerjaan. Sehingga orang
yang memperhatikan ibadahnya akan optimis dalam hidupnya dan menjauhkan sikap su’udzon atas ketentuan Allah.
0 Komentar