Ada amalan-amalan tertentu yang mempunyai
manfaat kepada diri kita. Amalan-amalan tersebut berupa zikir-zikir dan
puji-pujian kepada Allah. Tentunya zikir-zikir tersebut pernah dilakukan
Rasulullah. Karena tuntunan dari Rasulullah adalah tuntunan yang terbaik bagi
umatnya.
Sebelum kita mengetahui zikir-zikir
tuntunan rasul maka penulis akan memaknai zikir terlebih dahulu. Zikir secara
etimologis yaitu to remember, bear in mind, dan keep in mind (Hans Wehr, 1974).
Adapun zikir secara istilah yaitu melepaskan diri dari kelalaian dan kelalaian
dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama al-Haqq (Allah) (Ibn Athaillah,
2009: 29).
Zikir menurut Abdul Qadir al-Jilani
yaitu mengingatkan diri kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah dengan
sebaik-baiknya, Tuhan Mahaagung dan Mahasuci (Abdul Qadir, 2009: 101).
Pengertian ini berimplikasi pada peyangngakuan manusia adalah mahluk lemah yang butuh pertolongannya. Maka dari
itu manusia meminta pertolongan-Nya dengan medium zikir.
Ibnu Athaillah memaknai zikir yaitu
mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan. Ini bisa dilakukan
dengan mengingat lafal jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya,
perbuatan-Nya, atau suatu tindakan yang serupa. Zikir bisa pula berupa doa,
mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya, wali-nya, dan orang-orang yang memiliki
kedekatan dengan-Nya (Ibn Athaillah, 2009: 29).
Zikir menurut al-Qusyairi yaitu dasar
yang kuat di dalam perjalanan menuju Allah Swt, bahkan dzikir yang membantu
perjalanan tersebut. Maka seorang tidak akan bisa menuju Allah kecuali dengan
membiasakan zikir (al-Qusyairi, 2011, 270)
Dari ketiga pengertian tersebut maka
penulis menyimpulkan bahwa zikir merupakan kegiatan mengingat Allah baik secara
lisan maupun hati diiringi rasa ikhlas yang mendalam agar manusia senantiasa
merasa dirinya membutuhkan pertolongan Allah di dalam hidupnya. Sebagaimana
perintah berzikir ini termaktub di dalam al-Quran:
“Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang (Qs
Al-Ahzab/ 33: 41-42)
Setiap zikir-zikir mempunyai fadilah
(keutamaan). Sebagaimana Rasul pernah bersaba, “Barangsiapa yang berkata
Lailaha ila Allah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku walahu al-hamdu yuhyit
wa huwa ala kulli syai qadir pada hari ini atau
pagi hari atau sore hari maka diampuni dosa-dosanya walaupun dosa-dosa
tersebut melebihi buih di lautan[1] (Ali
al-Atas, 2007: 178) .
Hadis di atas terlihat bahwasannya
kalimat lailahaila Allah mempunyai keagungan yang besar. Hal ini pernah ditegaskan lagi oleh Rasul
pada Sabda yang lain yang diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Jabir R.A bahwa
dia berkata: aku pernah mendengar Rasulullah berkata “Sebaik-baiknya zikir
yaitu la ila ha ila Allah dan sebaik-baiknya doa yaitu al-Hamdulillah (Bukhari,
Juz 2: 3119).”
Abu Hurairah berkata yang telah
ditakhrij oleh Abdullah bin Umar R.A, dia berkata, Aku telah mendengar Rasullah
berkata, “Barangsiapa yang mengucapkan subhanawlah walhamdulillah wala ilaha
ilawlah wawlahu akbar maka Allah tuliskan pada setiap hurufnya kebaikan
(hasanah) untuknya[2].”
Melalui
hadis-hadis sebelumnya terlihat bahwa betapa agungnya kalimat Lailaha ilawlah.
Karena dalam kalimat tersebut mengandung kemurnian tauhid untuk berserah diri
kepada Allah. Dengan pengucapan lafal tersebut manusia seakan mengakui bahwa
dirinya hanya seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan kecuali dengan
menyembah padanya. Selain itu ungkapan alhamdulillah sebagai rasa syukur
seorang hamba kepada Allah. Melalui ungkapan alhamdulillah seorang manusia
telah mengakui bahwa segala nikmat datangnya dari Allah.
0 Komentar