Bertabaruk Dengan Al-Quran Sebagai Vaksin Kebahagian Umat Islam Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


Problematika dan kesulitan yang mendera manusia terkadang membuatnya pesimis. Implikasinya pada tekanan psikis manusia diantaranya stress, depresi, dan keputusasaan. Padahal Allah sudah maktubkan di dalam Al-Quran, bahwa dengan manusia bertaqwa maka ia akan diberi solusi. Sebagaimana QS Al-Thalaq [65] : 2-3

...... وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ.... (3)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”

Takwa merupakan kunci dari manusia menghadapi permasalahan-permasalahan hidup. Imam Haddad memberikan definisi takwa yaitu taat kepada Allah tanpa bermaksiat padanya, selalu ingat pada-Nya tanpa melupakannya, dan selalu bersyukur tanpa melakukan kekufuran. (Imam Haddad:2013:14). Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa seorang yang bertakwa yaitu orang yang selalu dekat dengan Allah Swt. Allah Swt juga suka pada orang yang bertakwa. Sebagaimana hal tersebut termaktub dalam QS al-Imran [3]:76:

بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”

            Ekspresi orang-orang yang bertakwa dalam mentaati perintah-Nya berbagai macam. Di antaranya ada yang shalat tepat waktu, ada yang selalu membaca al-Quran, ada yang rajin puasa sunah, ada yang gemar bersodakoh, membantu kesulitan orang lain, dan mencari kebahagiaan dengan bertabaruk.

            Bertabaruk, kegiatan yang dianggap virus oleh Wahabi. Sebagaimana Muhammad bin Abdul Wahab berkata dalam risalahnya, “Barangsiapa yang bertabaruk kepada batu dan kayu, atau menyentuh kuburan atau kubah dengan tujuan bertabaruk (mengambil berkah) kepada mereka, berarti dia telah menjadikan mereka Tuhan-Tuhan yang lain.” (Muhammad bin Abdul Wahab: 1992:26)

            Pernyataan Muhammad bin Abdul Wahab seperti autokritik untuk mendeskriditkan ajaran Ahlu Sunnah wal Jamaah Asy’ariah wa Maturidiyah. Seharusnya ijtihadnya dilandasi dengan al-Quran, al-Sunnah, dan ijtihad ulama terdahulu. Sehingga sebagian orang banyak yang terjebak kepada pemahaman yang salah tentang tabaruk dengan Nabi Muhammad, peninggalannya, keturunannya, dan juga warisannya yaitu ulama dan para wali Allah. Mereka yang salah jalan tersebut umumnya memahami tabaruk yaitu meminta pengharapan dan permohonan kepada perantara orang dan benda. Sehingga mereka menghukumi tabaruk yaitu kegiatan yang syirik dan sesat. (Sayyid Muhammad al-Maliki:2000:156)

            Tabaruk, asal katanya dari barakah yang secara etimologi berarti menambah kebahagiaan. (Ikbal Zaki:2008:52). Sedangkan kata tabaruk ini identik dengan doa Rasulullah kepada Sayyidina Abdurrahman bin Auf ketika ia menikah dengan berkata, “Barakawlahu laka” (semoga engkau diberkahi Allah). Hal tersebut berarti Allah menjadikan pernikahanmu bertambah kebaikan padamu.” ( HR. Sahih Bukhari No. 6023)

            Pengertian di atas bisa diambil satu perspektif bahwa tabaruk merupakan jalan untuk bertambahnya kebaikan dan kebahagiaan pada diri seseorang. Kebahagiaan tersebut datang melalui ibadah, waktu, tempat, benda dan seseorang yang selalu bersama Allah. Sayyid Muhammad al-Maliki menuturkan bahwa tabaruk tidaklah syirik atau sesat melainkan ia mencari keberkahan melalui peninggalan-peninggalan, tempat-tempat, dan orang-orang yang diridhoi Allah sebagai perantara untuk menuju Allah. (Sayyid Muhammad al-Maliki:2000:156)

            Syekh Yusuf Khatar memaknai tabaruk yaitu memohon keberkahan dengan sesuatu telah ditetapkan oleh Allah. Biasanya memohon keberkahan bisa melalui surat-surat di dalam al-Quran, makam Rasulullah SAW, segala yang berhubungan dengan Rasulullah, peninggalan para sahabat dan ulama-ulama shalihin. (Yusuf Khatar:1999:153)

            Al-Quran sebagai sumber keberkahan bagi umat Islam sebagaimana hal tersebut termaktub dalam QS Shad [38]:29

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

            Keberkahan al-Quran juga bisa menjadi obat bagi orang-orang yang sakit. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW, “Hendaklah kalian selalu bersama dua yang menjadi penyembuh yaitu madu dan al-Quran.”[1] Hadis lain juga dikatakan, “Sebaik-baik obat yaitu al-Quran.” Melalui hadis-hadis tersebut maka al-Quran disebut al-Syifa. (Jalaludin al-Suyuthi:2017:416)

Untuk itu ada surah-surah dan ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran yang diamalkan untuk mendapatkan keberkahan. Diantaranya, Ayat Kursi, Surat Yasin, Surat al-Waqiah, Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq, dan Surat an-Nas. Ayat Kursi merupakan surat al-Baqarah ayat 255, surat ini agung di mata Rasulullah. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Tuannya Al-Quran yaitu surat al-Baqarah, dan Tuannya surat al-Baqarah yaitu ayat Kursi. Sesungguhnya pada Ayat Kursi terdapat lima puluh kata di setiap katanya ada lima puluh keberkahan.”

Nabi juga pernah berpesan kepada Sayyidina Ali R.A, “Wahai Ali, Ajarkan ayat Kursi kepada keluargamu, anakmu, dan tetanggamu sebab diturunkannya Ayat Kursi sebagai ayat yang agung. Barangsiapa yang membacanya (Ayat Kursi) jika sebelum tidur niscaya Allah akan melindungi dirinya, tetangganya, tetangga-tetangganya dan rumah-rumah di sekitarnya.”

Surat Yasin merupakan surat ke 36 di dalam al-Quran. Surat itu terdiri dari 83 ayat. Tradisi umat Islam Indonesia selalu mengamalkan surat ini pada hari Kamis malam Jumat. Adapun mereka yang mempunyai hajat biasanya mengamalkannya setelah shalat fardhu. Sebagian para ahli tafsir al-Quran memaknai kata Yasin yaitu Wahai Manusia. Ada pula ahli tafsir yang memaknainya dengan Wahai Muhammad SAW. Selain itu, ada juga yang memaknai Surat Yasin itu nama lain dari nama-nama Allah. (Hamami Zadah:2007:8)

Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah membaca surat Yasin ini, maka sesungguhnya pada surat tersebut ada khasiat-khasiat yang banyak”. Adapun beberapa ulama mensyarahkan hadis ini sebagai berikut: “Sesungguhnya seorang yang lapar apabila ia membacanya dengan hati yang khusyu’ maka Allah akan mengenyangkannya melalui karunianya. Jika seseorang yang dalam keadaan takut membaca surah Yasin maka Allah akan menghilangkan rasa resah dan ketakutannya. Apabila seseorang yang fakir membaca surat Yasin maka Allah akan melunasi hutangnya. Apabila seseorang yang mempunyai hajat (kebutuhan) membaca surat Yasin maka Allah akan mengabulkan hajat-hajatnya.” (Hamami Zadah:2007:8)

Lantas, Kapan waktu yang baik untuk membaca surat Yasin Tersebut? Nabi bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Yasin pada siang hari maka dia, keluarganya, hartanya, keuangannya, dan anaknya dalam lindungan Allah Swt. Barangsiapa yang membacanya pada waktu subuh maka tidak hilang kebahagiaan padanya hingga waktu sore. Barangsiapa yang membacanya di waktu petang maka Allah akan menjaganya hingga waktu subuh.”

Surah al-Waqi’ah adalah surat ke-56 dalam al-Quran, terdiri 96 ayat, dan termasuk kelompok surat Makkiah. Dinamai surat al-Waqi’ah diambil dari kata al-Waqi’ah (Hari Kiamat) yang terdapat dalam ayat pertama surat ini. Rasulullah senantiasa membaca surat al-Waqiah sepanjang hidupnya, hingga sebagai penekanan diupamakan bahwa surah ini sampai membuat beliau beruban. Sebagaimana beliau bersabda:

عن أبن عباَّس قال: قال أبوابكر رضي الله عنه يا رسول الله قد شبت قال شيِّبَتني هودُ و الواقِعَةُ و المرسلاتُ و (عمَّ يتساءلون) و (إذا الشمس كوّرَت)

Ibnu Abbas menceritakan bahwa Abu Bakar RA. berujar, “Wahai Rasulullah, engkau beruban.” Rasulullah SAW menimpali, “Surah Hud, al-Waqi’ah, al-Mursalat, ‘Amma yatasa’alun (Surah an-Naba’) dan Surat al-Takwir telah membuatku beruban.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh At-Tirmizi dalam Sunan At-Tirmizi)

Melihat hadis di atas, menunujukkan bahwa surat al-Waqi’ah mempunyai kedudukan penting di  dalam al-Quran. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca Surat al-Waqi’ah di setiap malam maka ia tidak tertimpa kemiskinan.” Sabda Rasulullah tentang surat al-Waqi’ah tersebut menjadi motivasi bagi umat muslim untuk membaca dan mengamalkannya.

Habib Umar bin Hafidz di dalam susunan wirid kesehariannya (Khulasoh al-Madad), beliau menempatkan surat al-Waqi’ah untuk di baca setelah shalat Ashar. Sebagaimana ada perkataan ulama, “Barangsiapa yang membaca surat al-Waqi’ah setelah shalat Ashar, maka secepatnya mungkin dikabulkan oleh Allah SWT.”[2] (Shaleh:2009:535)

Al-Ikhlas merupakan surat ke-112. Surat ini terdiri dari 4 ayat, sehingga surat ini mudah dihafal. Surat tersebut menceritakan tentang ke-esaan Allah Swt. Adapun rahasia-rahasia pada surat ini begitu banyak. Bahkan ada Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ubay bin Kaab, “Barangsiapa yang membaca surat al-Ikhlas sekali maka seolah-olah ia membaca sepertiga al-Quran”

Hadis Nabi diatas mengindikasikan bahwa surat al-Ikhlas adalah surat yang bisa diamalkan oleh seorang muslim. Tentu pengamalannya akan berdampak positif bagi dirinya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang pulang ke rumahnya dengan membaca alhamdulillah dan surat al-Ikhlas maka Allah menjauhkan kemiskinan padanya dan memperbanyak kebaikan pada rumah tersebut.” Sabda Rasulullah yang lain, “Barangsiapa yang membaca surat al-Ikhlas sekali sampai masuk rumahnya maka dijauhkan atasnya kemiskinan.”.

Dua hadis di atas memberikan kabar gembira dan bahagia bagi seorang muslim. Sebab Nabi Muhammad menganjurkan seorang muslim untuk melazimkan dan mendawamkan surat al-Ikhlas. Sebab harapannya seorang muslim bisa keluar dari zona kemiskinan. Karena umat muslim yang ekonominya menengah ke atas wajib membantu kepada muslim yang ekonomi menengah ke bawah. Sehingga hal tersebut akan menghilangkan kesenjangan sosial sesama muslim.

Biasanya surat al-Ikhlas dibacanya beriringan dengan surat al-Falaq dan an-Nas. Julukan bagi surat al-Falaq dan an-Nas yaitu al-Muawizatain. Arti al-Muawizatain itu sendiri yaitu surat yang dimulai dengan taawudz. Kedua surat tersebut mempunyai khasiat yang ampuh bagi manusia yang diganggu oleh jin dan juga manusia. Sebagaimana hadis yang dikeluarkan oleh Imam Turmudzi dan Imam Baihaqi serta selain dari mereka berdua yaitu Abi Sa’id al-Khudri r.a berkata bahwa Rasulullah pernah membaca taawudz (au’dzu) dari a’in jin dan ai’n manusia, maka ketika itu juga turun surah al-Falaq dan an-Nas (al-Muawizatain) langsung Rasulullah membaca keduanya dan meninggalkan taawudz sebelumnya.

Gambar diambil dari : news.detik.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             

           

           

 

           

           

           



[1] Hadis yang dikeluarkan oleh Ibn Majah dan selainnya dari Hadis Ibn Mas’ud

 




Posting Komentar

0 Komentar