Apakah Sebelum Berdakwah, Seorang Da'i Harus Mengamalkan Ilmunya Terlebih Dahulu?

                 


Sudah tak asing lagi di telinga kita tentang berdakwah. Berdakwah merupakan salah satu alat berkomunikasi untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama, salah satunya agama islam. Dahulu, dakwah disampaikan secara langsung bertatap muka, kini kita bisa menyaksikan dakwah dimanapun itu. Entah di media sosial atau di televisi. 

Dalam dunia berdakwah, ada seseorang yang berdakwah atau yang menyampaikan dakwah, dalam bahasa arab disebut sebagai da’i atau pendakwah. Biasanya, pendakwah berasal dari kalangan ustadz, kiai, atau tokoh agama. Lalu, apakah kita bisa menjadi pendakwah? Jawabannya adalah bisa saja, asal memenuhi segala etika dan aturan tentang berdakwah yang mana harus kita pahami, salah satunya adalah apakah kita harus mengamalkan dakwah sebelum kita sampaikan ke orang lain?

Dakwah berasal dari bahasa arab (دَعَا – يَدْعُو) yang berarti mengajak, menyeru, mengundang. Jika dimashdarkan maka akan membentuk kata “da’watan” yang berarti seruan, ajakan, undangan. Secara umum, ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisi tuntunan, kaidah dan cara-cara, bagaimana kita menarik perhatian manusia untuk menarik, menyetujui, menganut kaidah, tuntunan, dan cara-cara yang telah kita sampaikan.

Menurut KBBI, dakwah merupakan penyiaran; propaganda; 2 penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama

Dalam Surah Ali Imran ayat 104, Allah berfirman:

Artinya: “ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran:104).

Dalam ayat ini disebutkan kata “yad’u” yang berarti menyeru. Itu artinya, kita wajib menyerukan segala kebajikan dan hal-hal kebaikan lainnya dan mencegah kemungkiran. Dalam bahasa arab, orang yang menyampaikan dakwahnya disebut “da’i” yang mana berdasarkan dari isim fa’il dari دَعَا – يَدْعُو .

Dalam Islam, kehadiran dakwah sangat penting bagi perkembangan islam. Bermula dari Nabi Adam hingga Rasulullah saw.. Namun, di zaman beliau kehadiran dakwah masih sulit dikarenakan di zaman itu, manusia masih mengalami “jahilliyah” (kebodohan). Oleh karena itu, Rasulullah saw. menggunakan strateginya untuk berdakwah. Diawali dengan berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun, supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari orang-orang kafir Quraisy. Dalam dakwah ini, Rasulullah saw. menargetkan dakwahnya terlebih dahulu kepada keluarganya yang berisikan tiga hal, yaitu; keesaan Allah swt, penghapusan patung-patung berhala dan kewajiban manusia untuk beribadah secara ritual dan sosial hanya kepada Allah dan untuk mencari keridhaannya. Jika kita amati, isi dakwah Rasulullah saw hanya berisikan hal-hal tauhid dan belum sampai ke ilmu-ilmu yang lain.

Dalam dakwah secara sembunyi-sembunyi, terdapat beberapa orang yang pertama kali menerima ajakan Rasulullah untuk masuk Islam yang disebut “as-sabiqunal awwalun” yang artinya orang-orang yang pertama kali masuk islam. Mereka adalah Khadijah (istri Rasulullah saw.), Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar As-shiddiq. Lalu, masing-masing dari mereka berhasil mempengaruhi yang lain. Contohnya, Abu Bakar yang berhasil mengajak Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan untuk masuk Islam.

Setelah 3 tahun berjalan, Allah swt. memerintahkan Rasulullah saw. Untuk berdakwah secara terang-terangan sebagaimana menurut para ahli, wahyu surah Asy-Syu’ara ayat 214 merupakan wahyu awal mula dakwah secara terang-terangan. 

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. (QS. Asy-Syu’ara:214).

Pada tahap ini, Rasulullah diterpa banyak sekali gangguan yang sangat hebat, tetapi 10 tahun kemudian Rasulullah berhasil akan dakwahnya itu dengan peristiwa Fathu Makkah. Lalu, setelah Rasulullah wafat, para sahabat yang lain meneruskan dakwah Rasulullah ke daerah-daerah yang lain. Pada zaman inilah hingga sekarang, isi dakwah bukan hanya ilmu tauhid tetapi ilmu-ilmu lainnya seperti akhlak, fiqih, Qur’an dan Hadits, hingga ilmu pengetahuan yang berpokok Al Qur’an dan Hadits. Kini, dalam menyampaikan dakwah juga sudah semakin maju. Tidak seperti dulu yang masih harus langsung untuk berdakwah, kalau sekarang cukup lewat media elekronik, media cetak atau sosial media.

Dalam berdakwah, kita harus memperhatikan sebuah kaidah yang utama, yaitu sebelum kita berdakwah maka kita harus amalkan terlebih dahulu amalan yang nanti akan kita serukan kepada yang lain. Tujuannya adalah supaya orang bisa memahami apa yang kita serukan dan kita juga semakin terbiasa. Sebelum Rasulullah saw. berdakwah, beliau terlebih dahulu mengamalkan terlebih dahulu isi dari dakwahnya. Hal tersebut sangatlah penting, selain kita dan masyarakat semakin paham tentang apa yang kita ajarkan, kita juga sedang menjalankan amanah dari Allah, yang mana jika kita ingkari maka sama saja kita sama seperti mereka dan masyarakat juga ragu tentang apa yang kita ajarkan jikalau kita tidak mengamalkannya terlebih dahulu. Contohnya, kita berdakwah dengan topik shalat lima waktu, sebelum itu, kita harus amalakan shalat lima waktu. Itulah mengapa dakwah Rasulullah berhasil karena sebelum beliau berdakwah beliau amalkan terlebih dahulu supaya bisa dijadikan masyarakat sebagai contoh untuk mengamalkan amalan tersebu





Posting Komentar

0 Komentar