Berziarah ke Makam Nabi Muhammad oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

            Nabi Muhammad Saw adalah tokoh yang selalu dikenang sepanjang masa. Hal tersebut disebabkan sirahnya yang memuat perjuangan dalam menyebarkan agama Islam selama 23 tahun. Sehingga tidak salah ketika beliau bersabda, “Hidupku lebih baik dari kalian dan matiku juga lebih baik dari kalian.” Maka tak heran sampai detik ini banyak orang yang berziarah ke makam Sang Nabi Penghulu Zaman.

            Imam Fudayl bin Iyadh berkata, “Ziarah ke maqbarahnya Nabi Muhammad Saw itu salah satu sunnah dari sunnah-sunnahnya kaum muslimin yang terkumpul atasnya keutamaan yang menumbuhkan kecintaan.” (Syekh Fudayl bin Iyadh:52:2008)Abdullah bin Umar RA meriwayatkan hadis Rasulullah,

من زار قبري وجبت له شفاعتي

“Barangsiapa yang menziarahi kuburan ku (Nabi Muhammad) maka wajib atasnya syafaat dariku”

            Namun apakah ketika kita menziarahi Rasulullah setelah wafatnya sama kualitasnya dengan berkunjung kepada Sang Pemberi Syafaat tatkala hidupnya?  Tentu kualitasnya sama, sebab Rasulullah mencintai umatnya. Bahkan ketika menjelang wafatnya, beliau ia selalu menyebutkan ummati ummati (umatku-umatku). Rasulullah mempertegas hal tersebut melalui sabdanya,

من زارني بعد موتي فكأنّما زارني في حياتي

“Barangsiapa yang meziarahiku setelah meninggalku maka seolah-olah ia berkunjung kepada ku pada saat hidupku”

Imam Hubaisyi berkata, “Ketika seseorang menziarahi maqbarah Rasulullah Saw maka ia perbanyak membaca shalawat kepadanya sepanjang perjalanan. Kemudian hendaknya ia membaca,

اللهم افتح عليّ أبواب رحمتك، وارزقني في زيارة نبيِّكَ صلى الله عليه و سلم ما رزقته أولياءك و أهل طاعتك، و اغفر لي و ارحمني يا خير مسؤول

“Ya Allah bukakanlah kepadaku pintu-pintu rahmat-Mu, dan senantiasa berikanlah kepadaku untuk ziarah ke Nabi-Mu Nabi Muhammad Saw sebagaimana engkau telah memberikan karunia kepadanya, wali-walimu, dan ahl taat kepadamu. Lalu ampunilah dan rahmati aku Wahai Sebaik-baik Penanggung Jawab Hidup.” (Imam Hubaisyi:732:2016)

Imam Hubaisyi menambahkan, “Apabila seseorang masuk ke Masjid Nabawi maka shalat tahiyah al-masjid. Setelah itu ia datang menziarahi makam nabi Muhammad dengan menghadap dan memperhatikan arah kurang lebih empat hasta dari dinding makam Rasulullah. Kemudian ia memberi salam kepada Sang Mujtaba dengan tidak meninggikan suara dan pandangannya. Akan tetapi ia lihat dengan memandang ke arah bawah yang menghadap ke arah kuburannya dengan khidmad dan khusyuk.

Adapun salam yang disampaikan penziarah makam Nabi Muhammad: “Assalamualaika Ya Rasulullah, Assalamualaika Ya Khairatullah min Khalqihi, Assalamualaika Ya Habibawlah, Assalamualaika Ya Sayyidal Mursalin wa Khatamal Nabiyin, Assalamualaika wa a’la Aalika wa ashabika wa ahli baitik wa a’la al-nabiyin wa saira as-shalihin”. Salam Sejahtera kepada engkau Ya Rasulullah, Salam kepada engkau wahai pilihan Allah sebagai sebaik-baik mahkhluknya, Salam kepada engkau wahai Kekasih Allah, Salam kepada engkau wahai penghulu utusan Allah dan penutup para Nabi, Salam kepada engkau dan kepada keluarga mu, keturunanmu, para nabi, dan seluruh orang-orang shalih.” (Imam Hubaisyi:732:2016) Usahakan ketika penziarah berhadapan dengan makam rasulullah untuk bertawasul dan meminta syafaat kepadanya. Karena bertawasul kepadanya akan membuat hati kita yaqin kepada Allah, istiqamah kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, dan hajat-hajat yang diinginkan diqabulkan oleh Allah Swt.

Jika ada kerabat atau teman-teman penziarah menitipkan salam kepada baginda Rasulullah maka katakan, “Assalamualaika min fulan, aw fulan yusalim a’laika (salam untuk engkau dari……., atau …… salam kepadamu.” Kemudian beberapa langkah ke kanan dari makam Nabi Muhammad, hendaknya memberi salam kepada Sayyidina Abubakar Siddiq RA, kemudian memberi salam kepada Sayyidina Umar bin Khatab RA. Semoga Allah mengundang pembaca untuk menziarahi Nabi Muhammad, serta menatap kembali Ka'bah, dan shalat di masjid Nabawi. 

 




Posting Komentar

0 Komentar