Tradisi Betawi Sebelum Pergi Haji oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


            Tradisi merupakan kebiasaan yang berulang. Tentu tradisi yang baik akan membawa mashlahat bagi masyarakat. Bahkan tradisi yang ada lingkungan sosial terkadang bisa dianggap sakral. Sebab ia mempunyai nilai-nilai religiusitas dan sebagai sarana silaturahmi. Sehingga budaya tersebut harus dilestarikan sehingga tak lekang di makan waktu.

            Masyarakat Betawi mempunyai adat dan tradisi yang tidak hilang sampai hari ini. Tradisi Pamitan sebelum berangkat Haji itu salah satunya. Tradisi itu biasanya diadakan seminggu atau beberapa hari sebelum keberangkatan calon haji. Lazimnya acara tersebut diawali dengan pembacaan surah Yasin, tahlil, Ratib Al-Haddad, dan pembacaan Riwayat Nabi Muhammad. Pembacaan-pembacaan tersebut memiliki makna, pembacaan Yasin sebagai simbol agar Allah selalu memberikan kesehatan kepada orang yang berhaji. Tahlil sebagai tanda penyambung hubungan kepada kerabat yang telah meninggal dunia. Ratib Al-Hadadd sebagai tanda untuk keselamatan bagi calon orang yang akan berhaji. Pembacaan riwayat Rasulullah sebagai tanda cinta kepada Nabi Muhammad.

            Tentu dalam acara tradisi Acara Pamitan Berhaji tersebut umumnya mengundang keluarga, sahabat-sahabat, dan para tetangga. Tak jarang terlihat dalam acara tersebut diisi oleh penceramah yang memberikan nasihat oleh calon jamaah haji. Nasihat tersebut berisikan adab-adab dalam berhaji, sebagaimana Imam Ghazali berkata, “ Calon Jamaah Haji telah menyiapkan nafkah bagi keluarganya selama menunaikan haji, berbuat baik di kendaraan menuju tanah suci, berbuat baik bagi sesama orang yang berhaji, menunjukkan akhlak yang baik, memperbaiki ucapan, menyedikitkan becanda, meninggalkan hal-hal yang berbau maksiat, bertindak bijak, selalu bahagia atas apa yang dilihatnya, menyedikitkan untuk berbicara, serta tidak berdebat.” (Imam Ghazali:2013:107)

            Acara seremonial tersebut berlanjut pada hari keberangkatan calon jamaah haji tersebut. Biasanya ada ustadz yang mengumandangkan shalawat dustur, adzan, lalu dilanjutkan iqomah pada seseorang yang akan berangkat ke tanah suci. Adapun bacaan dari shalawat dustur itu,


اَللّٰـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَأَنْــعِمْ وَتَـفَضَّلْ وَبَـارِكْ بِـجَلَالِكَ وَكَمـَـالِكَ عَـلـٰى زَيِّـنْ عِبَادِكَ وَأَشْرَفِ عِبَادِكَ وَأَسْعَدِ الْعَرَبِ وَالْـعَـجَمِ وَإمَامِ الطَّـيِّــبَةِ وَالْحَرَمِ. وَالتُّــرْجُـمَانِ بِـلِسَانِ الْـقِدَمِ وَمَـنْـبَعِ الْـعِلْـمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْـمـَةِ وَالْحِكَمِ. أَبِى اْلـقَاسِمِ سَيِّــدِنَـا وَحَـبِـيْـبِـنَا وَشَـفِـيْـعِـنَا وَمَوْلَانَـا مُحَمَّدٍ. زِدْهُ شَرَفًـا يَـارَبِّ ×3 وَكَــرَمًا وَتَـعْظِـيْمًا وَرِفْـعَـةً وَمَهَابَـةً وَبِـرًّا. وَرَضِيَ اللّـهُ تَـبَارَكَ وَتَـعَالـٰى عَـنْ ذَوِى الْـفَخْـرِ الْعَـلِـىِّ وَالْـقَـدْرِ الْجَـلِـىِّ. سَادَاتِــنَا وَأَئِـمَّــتِــنَا وَمَـوْالِـــيْــنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرٍ وَعُـثْـمَانٍ وَعَـلِـيٍّ وَعَـنْ بَـقِــيَّـةِ الصَّحَابَـةِ وَقَـرَابَـةِ رَسُوْلِ اللّــهِ صَلّى اللّـهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِــيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلّــهِ رَبِّ الْعَالَـمِـيْنَ

Artinya: Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang.

Ya Allah! limpahkanlah shalawat dan keselamatan, tambahkan, berikanlah keselamatan, berikanlah keutamaan dan limpahkanlah keberkahan, dengan segala kemuliaan dan kesempurnaan-Mu yang paling Agung, orang Arab dan orang ‘Ajam yang paling beruntung pemimpin segala kebaikan dan kemuliaan, penerjemah dengan lisan yang paling unggul, sumber ilmu pengetahuan, kesabaran, hikmah dan kearifan, yakni Abul Qasim, pemimpin kami, kekasih kami, pemberi syafaat kami, dan tuan kami Muhammad saw.

Tambahkanlah kepadanya keluhuran wahai Tuhanku 3x. Juga kemuliaan, keagungan, ketinggian derajat, kehebatan dan kebaikan. Semoga Allah Yang Maha Memberkati dan Maha Mulia senantiasa Meridhoi sang Pemilik Keagungan yang Tinggi, kekuasaan yang nyata, para pemimpin imam dan pemuka-pemuka kami, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan ‘Ali. Juga seluruh sahabat dan kerabat Rasulullah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada beliau dan kepada seluruh sahabat dan keluarganya. Segala puji bagi Allah. Tuhan Semesta Alam."

Lantas mengapa shalawat dustur yang dibaca untuk mengantar safar orang akan berhaji? Sebab shalawat tersebut mempunyai manfaat yang banyak antara lain, untuk memperoleh kenikmatan dan anugrah dari Allah Swt, untuk mendapat keberkahan yang terus menerus selama perjalanan hajinya, untuk mempermudah dan memperlancar dalam pelaksanaan rukun Islam ke lima, untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad, dan memperoleh ketenangan bathin selama di tanah haram.

           

 

 




Posting Komentar

0 Komentar