Resensi buku "Karena Kematian adalah Nasehat yang Terbaik" oleh Bunga Catur Adelia (Mahasiswi PNJ Perbankan Syariah 2020)

 

Judul : Karena Kematian adalah Nasehat Terbaik

Penulis :Arsenio Khoerozzadit Taqwa

Penerbit : Syalmahat Publishing Tahun Terbit   : 2017

Halaman : 126 halaman Tebal Buku : 0.6 cm




Pentingnya mengingat kematian, kehidupan ini adalah anugerah besar yang diberikan Allah Swt kepada kita. Bahkan karena begitu besarnya terkadang kita sendiri lupa akan datangnya kematian. Padahal kehidupan dan kematian adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Kehidupan datang dan kematian akan menjemput.

Sedangkan tak ada yang tahu kapan kematian itu akan datang. Allah Swt. merahasiakan kematian itu dari pengetahuan manusia. Adakalanya kematian itu datang pada saat manusia melakukan kebaikan, dan adakalanya ia datang pada saat manusia berbuat keburukan. Oleh karena itu berusahalah bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa

Ibnu Umar Ra. Pernah berkata, Aku pernah menghadap Rasulullah Saw. sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshar berdiri seraya berkata, "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling cerdas?" Beliau menjawab, “Mereka adalah yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap mengbadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat" (HR. Ath-Thabrani, dishahihkan Al-Munziri)

Esok hari bisa jadi kita mati, t ak ada seorang pun yang tahu kapan maut akan menjemput. Bisa jadi besok adalah hari terakhir kita. Karena maut bisa datang kapan pun dan di mana pun. Bukanlah harta bekal paling berharga, bukanlah pangkat atau kedudukan, bekal yang akan diperhitungkan, melainkan amal ibadah kita selama kita diberi kesehatan dan kesempatan. Kesempatan itulah yang akan membuat kita mnenjadi berani untuk menyambut kematian. Buat apa kita bersedih hati, toh kematian itu akan datang juga. Sambutlah berita kematian dengan hati tenang dan senang. Tidak perlu bersedih hati atau takut karena sudah terlambat.

Jika kematian terjadi kepada orang yang kita cintai, kitapun tidak boleh terlalu bersedih. Sadarlah kita hanya terpisah sementara waktu. Kita hanya tidak bisa melihat jasadnya lagi di dunia ini.

Apa yang akan terjadi besok pastilah kita tidak tahu. Sebagai manusia kita hanya berusaha agar menjadi hamba yang baik. Dan hamba yang baik adalah senantiasa mengingat kematian, yang menancapkan sesuatu dalam hatinya tentang kematian agar selalu dekat dengan Sang Penentu Kematian Itu.

Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan, pemutus segala cita-cita.

Bertaubatlah sekarang juga, andaikan saat ini malaikat pencabut nyawa datang kepada kita dengan wajah tersenyum dan bercahaya, mereka mengatakan bahwa besok kita akan mati dan kita hanya punya waktu 24 jam saja dari sekarang untuk mempersiapkan saat-saat kematian itu datang. Tentu sja kita bingung dan tidak bisa menjawab apa-apa. Mau bilang belum siap, tidak mungkin karena sebuah ketetapan telah terjadi dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, mau bilang siap pasti kita terbayang segunung dosa dan kesalaham kita yang pernah kita perbuat.

Banyak dari kehidupan kita ini melewati yang namanya waktu (masa). Bergantinya hari, bulan, dan tahun tentu membuat umur kita pun semakin berkurang serta menjadi pertanda bahwa alam duniapun akan semakin dekat untuk kita tinggalkan dan kelak kita siap memasuki alam kubur.

Beriman, karena ini adalah hal pokok manusia hidup yang merupakan ciptaan Allah swt, maka wajiblah baginya untuk beriman kepada Allah. Imanpun bukan datang begitu saja, melainkan dibarengi dengan ilmu. Seperti yang tersurat dalam hadits “menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah)

Maka dari itu jangan pernah kita menjadi manusia yang pandai menunda rencana dan menunda laksana. Jika kita sudah memiliki rencana maka segera laksanakan rencana itu agar segera terwujud peningkatan kebaikan di hadapan Allah swt jangan hanya merencanakan bertaubat karena belum tentu kita punya kesempatan untuk bertaubat sebab ajal bisa datang mendahului

Menyiapkan dirin menghadapi kematian, Allah swt berfirman “karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-ku, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Imran [3]:175) Sebagai orang yang beriman kita patut bersyukur diberi kehidupan Allah swrt. Betapa besar kenikmatan yang telah kita rengkuh dalam kehidupan ini. Besarnya nikmat yang Allah swt berikan tidak hanya berupa harta yang berlimpah, melainkan juga kebahagiaan di dalam mengarungi bahtera keluarga.

Apabila kita takut suatu saat kenikmatan itu akan dicabut, tiadalah mengapa. Karena sejatinya memang Allah-lah yang memiliki semua yang ada dilangit dan di bumi. Sebagai

penduduk bumi maka kita harus memiliki jiwa besar menghadapi setiap keadaaan, apakah itu keadaan sempit maupun keadaan lapang. Termasuk menghadapi situasi kematian yang akan terjadi kapan saja.

Sebenarnya ketakutan atau kekhawatiran adalah hal yang biasa dimiliki oleh manusia. Namun sebenarnya rasa itu juga mempunyai dampak positif selama kita bisa mengelolanya dengan baik. Sebab rasa ini akan mendorong kita untuk menjaga diri dari berbagai hal yang akan merugikan, sehingga kita bisa mengambil langkah-langkah antisipatif yang diperlukan. Dan pada gilirannya hal yang menakutkan itu datang, kita telah siap menghadapinya

Maka, cara membuat kematian menjadi tidak menakutkan bagi kita, tentulah dengan meyakinkan diri, bahwa kita telah siap mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Persiapan- persiapan inilah yang akan mencerahkan jiwa serta memberikan perasaan aman, sebab kita telah berbuat sesuatu.

Sadarlah, kematian datang bersama kedipan matamu. Inti dari cara mendapatkan kesadaran ini adalah dengan senantiasa mengingat kematian. Langkah-langkah yang bisa membantu kita untuk mengingat kematian diantaranya adalah dengan cara berziarah kubur. Rasulullah Saw sendiri bersabda seraya menangis saat beliau berziarah ke makam ibundanya. “Ziarahilah kubur, sebab ia akan mengingatkan kalian pada kematian” (HR. Muslim)

Dengan membiasakan diri berziarah ke kubur bukan berarti kita meratapi kematian seseorang yang kita cintai, melainkan itulah cara terbaik untuk mengingat akhirat. Karena kekayaan dan kesuksesan kadang membuat kita sendiri lupa bahwa kita tidak akan selamanya hidup di dunia ini.

Semua itu menjadi pelajaran penting bahwa sedetik saja waktu yang terlewatkan itu sangat berharga. Karena waktu yang telah lewat tidak akan pernah bisa kembali lagi. Nantinya, yang ada hanyalah penyesalan apabila sebagian besar waktu kita hidup di dunia ini, kita isi dengan hal-hal yang tidak berguna atau hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan bagi dunia-akhirat kita.

Ketika manusia melalaikan waktu hidupnya di dunia dengan hal-hal yang tidak berguna dan bahkan berbuat dosa, pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tidak ada satu detikpun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat.

Ajal itu bisa datang lebih cepat dari kedipan mata kita, mengingat kematian merupakan satu cara yang sangat efektif untuk dapat menaklukan dan mengendalikan hawa nafsu kita. Hidup ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu. Kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah melawan hawa nafsu.

Imam Ghazali menyebut ada tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu. Yang pertama, nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang) yakni ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Yang kedua, nafsu lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri) yakni ketika iman kadangkala menang kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Yang ketiga, nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan) yakni ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.

Oleh karena itu segeralah kita meninggalkan perbuatan yang dibenci Allah swt sebelum lebih jauh melangkah. Sebab kalau sudah menjadi kebiasaaan akan sulit untuk menghilangkannya. Membiasakan diri beribadah dan tetap yakin kepada Allah swt adalah menjadi hal utama. Apabila kita beribadah tanpa yakin maka ibadah kita seakan meniadi sia-sia.

Biasakan diri bergaul dengan orang-orang saleh, kita bergaul dengan orang yang sesat maka kemungkinan kita juga bisa menjadi orang yang sesat. Bila kita bergaul dengan orang-orang yang baik maka bisa jadi kebaikan itu akan menular kepada diri kita.

Secara spesifik Allah juga memerintahkan agar kita selalu bersama dengan orang-orang yang baik seperti yang difirmankannya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-taubah [9]:119)

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah swt dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apapun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semcam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, Di mana orang-orang yang saling mencintai kiarena keagunganku? Pada Hari ini akan aku lindungi mereka dalam lindunganku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindunganku” (HR. Muslim)

Buku “Karena Kematian adalah Nasehat Terbaik” telah memberikan pandangan kepada pembaca bahwa kematian pasti akan datang, kematian sudah menunggu, karena itulah kita persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Allah. Buku ini telah menjelaskan dengan jelas dan lengkap mengenai segala hal tentang kematian namun tidak hanya penjelasannya saja tetapi dibarengi dengan data-data yang lebih spesifik untuk menguatkan kebenaran sehingga pembaca akan dengan sangat mudah memahami tentang apa yang di jelaskan di dalam buku ini. Maka dari itu, buku ini memberi banyak manfaat untuk pembaca agar selalu ingat dengan kematian. Buku ini cocok sebagai pegangan mahasiswa maupun seluruh umat muslim.

Menariknya buku ini mengingatkan pada kita tentang datangnya malaikat izrail, serta menyadarkan kita agar jangan terlena dengan usia yang masih muda, karena syarat mati tidak harus tua. Jangan bangga dengan tubuh yang sehat karena syarat mati tidak mesti sakit. Jangan sombong dengan harta dan kekayaan sebab mati tidak membawa harta.

Secara tekstual, kematian pastilah nyata datangnya. Hanya saja tidak ada seorangpun yang tahu kapan kematian itu akan menjemputnya. Allah swt merahasiakan kematian itu karena ia ingin agar manusia terus berlomba dalam kebaikan dan terus termotivasi untuk memperbaiki diri dan menyadari bahwasanya waktu sangat berharga.

Andai esok malaikat izrail datang menjemput, masih beranikah kita menunda ibadah? Masih sanggupkah kita menunda kebaikan? Mari terus berbuat baik, berniat untuk selalu baik, berkata yang baik-baik, memberi nasihat yang baik meskipun tidak banayak orang yang mengenalimu dan tidak suka dengan nasihatmu. Cukuplah Allah yang mengenalimu lebih dari pada orang lain.





Posting Komentar

0 Komentar