Resensi Buku "Umar bin Abdul Aziz" karya Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc

Nama penulis : Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc

Penerbit : Cahaya Siroh

Tahun Terbit : Agustus 2012

Jumlah halaman : 148 halaman

Tebal buku : -

Buku berjudul “ Umar Bin Abdul Aziz” merupakn hasil karya Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc. Buku ini menceritakan tentang kisah masa Umar Bin Abdul Aziz menjadi khalifah selama 29 bulan pada tahun 91 Hijriyah – 101Hijriyah. Buku ini juga menjelaskan latar belakang Umar bin Abdul Aziz, baik silsilah keluarganya, pendidikannya, gambaran fisik dan sifat yang ia miliki.

Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab terdapat sebuah kisah tentang seorang wanita penjual susu yang menyuruh anakperempuannya untuk mencampurkan air ke dalam susu yang akan ia jual. Namun, puteri penjual susu itu berkata kepada ibunya bahwa yang mereka lakukan Amirul Mukminin tidak mengetahui nya. Pada saat itu, Umar bin Khattab yang dilarang oleh Amirul Mukminin dan Allah Swt. Pasti mengetahuinya walaupun dengan tidak sengaja mendengar percakapan antara ibu dan anak itu. Umar bin Khatab sedang beristirahat di depan sebuah rumah sederhana milik wanita penjual susu keluar dari jiwa sang anak yang bertakwa kepada ibunya. Setelah sholat subuh di
Khattab tak kuasa menahan air matanya Ketika mendengar ungkapan sederhana yang masjid, kemudian Umar bin Khattab pulang ke rumah dan meminta salah satu susu tersebut, Umar bin Khattab menceritakan apa yang ia dengar dan menyuruh puteranya yang bernama ‘Ashim untuk menimba informasi tentang keluarga penjual susu tersebut. Setelah ‘Ashim menyampaikan informasi tentang keluarga penjual
‘Ashim untuk menikah dengan puteri penjual susu tersebut.

Pernikahan ‘Ashim dengan puteri penjual susu dikaruniai
seorang anak yang diberi nama Laila, atau biasa dipanggil dengan Ummu ‘ Ashim.
Laila tumbuh dengan baik dalam suasana keluarga yang kental dengan nilai-nilai
Umawiyah yang keempat bernama Abdul Aziz. Dari perkawinan itu lahir seorang
keislaman. Ketika sudah dewasa, Laila menikah dengan putera Khalifah Daulah anak laki-laki yang nantinya akan memenuhi dunia dengan keadilan. Dialah Umar
bin Abdul Aziz.

Ada dua riwayat berbeda yang mengabarkan tahun kelahiran
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pertama adalah riwayat dari Muhammad bin Sa'ad
yang berkata: "Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H, yang itu adalah
Abdullah bin Dawud yang mengatakan: "Thalhah bin Yahya, A'masy, Hisyam bin
tahun meninggalnya Maimunah, istri Nabi Saw.” Kedua adalah riwayat dari
Ali bin Abi Thalib, yaitu tahun 61 H.” Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggal
'Urwah dan Umar bin Abdul Aziz dilahirkan pada tahun terbunuhnya al-Husain bin
lebih 7 bulan. Jika kita kurangi 40 tahun maka hasilnya adalah 61. Berdasarkan hitungan
pada tahun 101 H, jika kita kurangi 39 tahun 5 bulan maka hasilnya adalah 61 inilah maka riwayat yang mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun
61 H itu lebih tepat.

Sejak kecil Umar bin Abdul Aziz udah menjadi penghafal
Al-Qur’an sehingga ia menjadi pemimpin yang menguasai Al-Qur’an dan menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kepemimpinan nya. Umar bin Abdul Aziz mempunya
yang ambisius, yang jiwa itu tidak berada di satu kedudukan melainkan ia akan
jiwa yang ambisius, ia pernha berkata "Sesungguhnya aku mempunyai jiwa
akhirnya aku sampai di sebuah kedudukan yang tidak ada kedudukan yang lebih
berambisi untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hingga
meraih surga."
tinggi setelahnya (khalifah). Dan pada hari itulah jiwaku berambisi untuk

Sebelum terjun ke dunia politik, Umar bin Abdul Aziz adalah
seorang ulama' muda yangkedalaman ilmunya diakui oleh para ulama' hari itu.
Dibandingkan ulama'-ulama' lain, Umar bin Abdul Aziz memiliki kelebihan, yaitu
kedekatannya dengan para khalifah. Hal ini tidaklah mustahil terjadi, karena ia
sendiri adalah keturunan keluarga kerajaan Bani Umayyah. Ayahnya, Abdul A ziz,
Demikian saudara-saudara sepupunya, juga khalifah-khalifah menggantikan
adalah gubernur di Mesir. Pamannya, Abdul malik, adalah khalifah kelima.
dalam memberikan masukan dan nasehat kepada para petinggi negara.
pamannya. Oleh sebab itu, Umar bin Abdul Aziz memiliki peran dan pengaruh besar

Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah atas usulan Raja’ bin
Haiwah kepada Sulaiman bin Abdul Malik saat dirinya sedang sakit keras. Usuan
itu disepakati oleh Sulaiman dan akhirnya tampillah Umar bin Abdul Aziz menjadi
khalifah yang fenomenal. Ibnu
Sirin berkata, "Semoga Allah merahmati Sulaiman. Ia mengawali
kepemimpinannya dengan menghidupkan kembali shalat tepat pada waktunya dan
mengakhiri kepemimpinannya dengan mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai
menshalatkannya. Dan di cincinnya tertulis, "Aku beriman pada Allah dengan
penggantinya. Ia meninggal pada tahun 99 H. umar bin Abdul Aziz ikut hadir
ikhlas."

 Setelah selesai memakamkan Sulaiman bin Abdul Malik,
Umar bin Abdul Aziz berjalan menuju masjid menggunakan baghlah bersama
orang-orang yang hari itu ada di sana. Setelah memasuki masjid, Umar naik ke
atas mimbar di hadapan rakyatnya dan berkata "Wahai sekalian manusia!
sebelumnya, dan akupun tak pernah memintanya, juga tanpa mengajak ummat muslim
Sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan ini tanpa memintapendapat dariku
baiatku. Silahkan kalian memilih (pemimpin) untuk diri kalian!" Maka semua
bermusyawarah di dalamnya. Maka dari itu, aku bebaskan kalian semua dari yang hadir di situ satu suara meneriakkan: "Kami semua memilihmu, wahai
keridhaan padanya untuk menjadi khalifah, maka ia mulai khutbahnya dengan
Amirul Mukminin!! Kami semua ridha padamu. Pimpinlah kami dengan baik dan berkah!" Ketika suara sudah hening, dan semua orang telah menyatakan
memuji Allah Swt dan bershalawat atas Nabi Muhammad Saw, lalu berkata :

"Aku wasiatkan kepada kalian taqwa kepada Allah.
Karena taqwa kepada Allah adalah tumpuan segala sesuatu dan tidak ada tumpuan
selainnya. Maka beramallah untuk kehidupan akhirat kalian, karena barangsiapa
Perbaikilah apapun yang tersembunyi dari niat-niat kalian, karena dengan begitu
yang beramal untuk akhiratnya niscaya Allah akan mencukupi urusan dunianya.
kematian, dan perbaikilah persiapan kalian sebelum ajal datang, karena hal itu
Allah akan memperbaiki apa-apa yang nampak dari kalian. Perbanyaklah mengingat (kematian) adalah penghancur kenikmatan. Barangsiapa yang tidak mau. Maka,
tapi ummat ini berselisih dalam urusan Dinar dan Dirham . Demi Allah, aku tidak
sesungguhnya ummat ini tidaklah berselisih dalam masalah Tuhannya azza wa jalla, juga tidak berselisih dalam hal Nabinya Saw, juga bukan pada kitabnya,
ditaati, dan barangsiapa bermaksiat pada Allah maka tidak ada ketaatan padanya.
akan memberikan kebathilan kepada seseorang, dan tidak pula melarangnya dari kebenaran. Wahai sekalian manusia!! Barangsiapa yang taat pada Allah maka ia wajib Taatlah kalian kepadaku selama aku taat pada Allah, dan jika aku bermaksiat
pada Allah maka kalian tidak wajib mentaatiku!" 

Inilah khutbah pertama kali yang ia sampaikan dalam
kepemimpinannya. Dalam khutbah ini ada hal-hal penting yang itu merupakan
kebijakan-kebijakan besar yang diambilnya di awal pemerintahan. Diantara
kebijakan-kebijakan penting tersebut adalah mengembalikan sistem syuro dalam
pemerintahan islam, menyatukan visi, menuju persatuan ummat dan menjauhi hal-hal yang menyebabkan Perpecahan, dan melakukan kontrak politik dengan
rakyat.

Masih di hari pertama Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah.
Selesai berkhutbah di masjid (sebagaimana khutbahnya telah dibahas di atas),
khalifah baru ini pulang ke rumah. Hal yang pertama kali dilakukannya setelah
berkhutbah adalah, menjual beberapa benda-benda mewah  kerajaan, seperti
Baitul Mal, untuk kepentingan rakyat.
karpet dan pakaian khalifah, kemudia memasukkan hasil penjualannya ke dalam

Pada masa awal menjadi khalifah, Tantangan demi tantangan
datang menghampirinya, terlebih lagi tantangan internal yang muncul dari
keluarga Bani Umayyah. Karena apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul
Aziz kali ini banyak yang bertentangan dengan tradisi-tradisi yang lazim
menganggap politiknya terlalu ekstrem. Ada yang menganggapnya telah meremehkan
dilakukan oleh khalifah-khalifah sebelumnya dari Bani Umayyah. Ada yang
menyudutkannya. Namun Khalifah besar ini tetap tegar. Di belakang ada istri dan
dan menghina para khalifah pendahulunya. Serta anggapan-anggapan lain yang
tangan-tangan rakyat yang siap memberikan dorongan. Di depan sana ada kebenaran
anak-anaknya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. Di belakangnya ada
disiapkannya sebelum memimpin rakyat. Sehingga ia tak merasa sendirian dalam
yang membentang yang harus ia perjuangkan. Dan yang lebih penting lagi adalah kekuatan ruhiyyah, kekuatan imaniyah serta kekuatan taqwa yang telah
dirinya memperjuangkan kebenaran
berjuang. Ia meyakini kebersamaan Allah Swt dalam setiap perbuatannya selama

Ada enam hal yang sangat mendasar dan terlihat dari konsep
kepemimpinan yang diterapkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Keenam hal
tersebut adalah memperbaiki orang-orang kepercayaan, semangat dalam mengamalkan
Al-Qur'an dan As-Sunnah serta menebar ilmu, hati-hati dalam memilih orang-orang
para pegawai pemerintahan, bersikap terbuka terhadap lawan serta memberikan
yang akan duduk di pemerintahan, mengawasi langsung administrasi negara dan jaminan keamanan untuk berpendapat, memperhatikan urusan rakyat dengan
sebaik-baiknya, dan kontinuitas dalam perbaikan

Dalam membuat kebijakan, ada dua hal penting yang mendasari
bagi Umar bin Abdul Aziz, yaitu: Pertama, semangat yang kuat dalam berpegang
teguh kepada al-Qur'an dan as-Sunnah. Hal ini bisa kita lihat dengan jelas pada
surat-suratnya kepada para pegawainya dan ceramahceramahnya di depan rakyat.
setelahnya telah membuat undang-undang, mengamalkannya berarti telah berpegang
Sebagaimana yang pernah ia ungkapkan: "Rasulullah Saw dan para pemimpin
perlu memperhatikan perkara apapun yang menyelisihinya." Kedua, menegakkan
kepada kitab Allah dan agama-Nya. Tidak boleh seorangpun menggantinya dan tidak kebenaran dan keadilan serta membersihkan semua aspek pemerintahan dari
politik yang diambil oleh Umar bin Abdul Aziz. Dari sini kita tahu bahwasanya
tindakan kedholiman. Ini adalah hal yang juga sangat mendasari setiap kebijakan setiap urusan yang berkaitan dengan pemerintahan adalah pengejawantahan (aplikasi) dari asas keadilan dan kebenaran. Dan ini juga merupakan tujuan
pensyari'atan hokum dalam Islam.

Umar bin Abdul Aziz melakukan Langkah-langkah efektif di
bidang ekonomi sehingga seluruh rakyatnya hidup Makmur, sejahtera, dan tentram.
Diantara langkah-langkah tersebut adalah pembagian income dan hasil kekayaan
kepada kelompok masyarakat yang miskin, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
negara kepada seluruh lapisan masyarakat dengan adil, memberikan nafkah lebih kesejahteraan sosial, menciptakan fasilitas dan sarana perekonomian yang
perhatian kepada para petani dan keringanan pajak kepada mereka.
mencukupi, menunaikan hak dan memberikannya kepada yang berhak menerima, dan
melakukan terobosan baru dalam peningkatan bidang pertanian dengan memberi

Dalam melakukan revolusi di bidang administrasi negara, hal
pertama yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah membenahi internal
pemerintahan dengan cara memilih pegawai-pegawai pemerintahan yang baik,
amanah, berilmu, kuat fisiknya, tawadhu’, menjaga kehormatan diri, adil, tidak
egois, dan dapat dijadikan teladan. Khalifah Umar bin Abdul Aiz juga mengatur
dengan dhalim oleh pegawai pemerintahan maupun masyarakat sipil lainnya, atau
proses penyampaian keluhan masyarakat. Setiap orang yang merasa diperlakukan mereka merasa ada hak yang belum mereka dapatkan padahal mereka sudah
mendengar dan menindaki pengaduan mereka. 
menunaikan kewajiban, maka Khalifah membuka pintu istana lebar-lebar untuk

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengantisipasi ketimpangan
administrasi dengan cara memberi gaji yang cukup kepada para pegawai
pemerintahan,membiasakan transparansi politik, menolak segala bentuk suap,
membuat skala prioritas pengeluaran, melarang para pejabat pemerintahan dalam
melakukan bisnis, menjalin hubungan yang baik antara rakyat dengan pemerintah
daerah, dan menindak pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat yang dipilih pada
masa kekhalifahan sebelumnya. 

Dalam bidang hukum dilakukan ijtihad dalam menentukan
syarat-syarat menjadi hakim, yaitu berilmu, bijaksana, menjaga kesucian diri,
mau bermusyawarah, dan kokoh dalam memegang kebenaran. Pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz melakukan objektivitas dalam menerapkan hukum, hal ini dapat dilihat
dari tidak adanya perbedaan perlakuan terhadap keluarga kerajaan dan penghapusan nepotisme yang membudaya di era-era sebelumnya. Jika ada pejabat
membutuhkan sesuatu untuk mempertahankan hidupnya, sehingga menempuh jalan
pemerintahan yang melakukan kesalahan, maka ditelusuri dulu motif nya, barangkali ia lupa atau khilaf melakukan atau meninggalkannya. Atau ia sangat
melakukannya atau meninggalkannya. Ini memiliki hukum yang berbeda-beda.
tidak benar untuk mendapatkannya. Atau barangkali ia memang benar-benar sengaja

Ilmu adalah lentera peradaban. Sebuah peradaban yang tidak
didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan ibarat sebuah rumah tanpa cahaya.
Gelap. Gulita. Urgensi kemajuan bidang ilmu pengetahuan ini tentunya sudah
dipotret dengan sangat jelas oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Karena selain
kapasitasnya sebagai seorang pemimpin, ia juga merupakan ulama' besar di masanya. Karena itulah, tentu perhatiannya dalam urusan ilmu pengetahuan tidak
dan perbaikan di bidang ilmu pengetahuan dengan melakukan program mencerdaskan
teralihkan. Pemerintahan masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan perubahan
umat.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah menyuruh dua ulama' besar untuk menyebarkan
ilmu di daerah pedalaman. Mereka adalah, Yazid bin Abi Malik ad-Dimasyqi dan
mereka, termasuk gaji. Pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga melakukan
Harits bin Yamjid al-Asy'ari. Umar juga menyediakan fasilitas-fasilitas kepada
dikirim pada masa Rasulullah Saw, kemudian dilanjutkan oleh. Para Khulafaur
pelestarian pusat-pusat keilmuan Berkembangnya pusat-pusat keilmuan (madrasah) adalah sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Mulai dari duta-duta yang
dan Madinah. Mereka tersebar ke seluruh pelosok negeri untuk mengembangkan ilmu
Rasyidin. Para ulama'ulama' besar era sahabat tidak menetap semuanya di Makkah yang telah mereka timba dari Sang Guru Ummat, Nabi Muhammad Saw. Sampai pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, madrasah-madrasah it terus
Diantara daerah-daerah penting yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan
berkembang sesuai dengan konsentrasi bidang keilmuan masing-masing. Dan madrasah-madrasah itu telah berperang besar dalam melahirkan ulama'-ulama' hebat dan pemimpin-pemimpin handal yang mengusung peradaban Umat Islam.
adalah; Madinah, Makkah, Syam, Bashrah, Kufah, Yaman, Mesir dan Afrika Utara.

Dakwah adalah sebuah sarana untuk menyebarkan Islam. Agama
Islam sendiri merupakan sebuah ajaran yang "rahmatan lil 'alamin",
atau rahmat bagi seluruh alam. Dengan tersebarnya Islam ke seluruh penjuru
dunia, berarti tersebar pula rahmat bagi seluruh ummat manusia. Dan Islam ini
tentunya akan tersebar dengan sebuah usaha, yaitu dakwah. Pentingnya dakwah ini
menjadikan pemerintahan masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan perbaikan
terbiasa dilakukan. Hal ini juga dilakukan untuk melakukan perbaikan akhlak di
dan perkembangan dalam bidang dakwah agar ajaran-ajaran islam tertanam dan
seluruh rakyat. 

Jum'at, 20 Rajab, tahun 101 H. Amirul Mukminin Umar bin
Abdul Aziz pergi menghadap Sang Maha Pencipta. Setelah terbaring dalam sakit
selama dua puluh hari. Saat itu usianya baru genap empat puluh tahun. Masih
sangat muda. Namun jasa-jasanya untuk ummat Islam sudah sangat banyak. Air mata
ummat tertumpah dalam larutan kesedihan yang mendalam. Merindukannya bisa kembali hadir di tengah-tengah jaman. Bisa kembali memimpin. Bisa kembali
Dua puluh sembilan bulan lebih empat hari berlalu. Terasa begitu singkat, namun
memenuhi dunia dengan keadilan. Bisa selamanya mendampingi perjalanan ummat. dalam waktu yang sesaat itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mengabdikan
hari berlalu. Menyisakan kenangan manis di hati ummat manusia, kawan maupun
dirinya untuk ummat. Melayani masyarakat. Memprioritaskan rakyat. Dengan segenap keteguhan hati dan ketulusan niat. Dua puluh sembilan bulan lebih empat
sembilan bulan lebih empat hari, wajah dunia Islam kembali berseri, setelah
lawan. Sudah terlalu mendalam nama Umar bin Abdul Aziz terpatri di sanubari rakyat. Terlalu indah pula untuk sekedar dilupa dari ingatan. Dalam dua puluh
Sehingga rakyat merasakan keberkahan kepemimpinannya.
sekian lama menantikan percikan embun suci dari tangan pemimpin surgawi. Setiap
desah nafasnya adalah ibadahnya. Setiap tetesan peluhnya adalah jihadnya.

Di Kota Khanashiroh, Khalifah Umar bin Abdul Aziz
menyampaikan khutbahnya. Dan ternyata khutbah itu adalah pesan terakhirnya
untuk ummat Islam. "Wahai sekalian manusia, sungguh kalian tidak
memiliki tempat kembali, dimana Allah akan turun kesana untuk mengadili dan
diciptakan dengan sia-sia. Dan kalian tidak dibiarkan begitu saja. Kalian
orang yang keluar dari rahmat Allah, padahal rahmat-Nya meliputi segala
membuat perhitungan dengan kalian. Sungguh benar-benar gagal dan merugi bagi
surga seluas langit dan bumi Ketahuilah, bahwa jaminan keamanan esok hanyalah
sesuatu. Dan juga bagi orang yang diharamkan surga atasnya, padahal luasnya
banyak kelak, serta orang yang menjual rasa takutnya dengan keamanan yang
bagi orang takut pada Allah, yang menjual sesuatu yang sesaat untuk kehidupan abadi, dan yang menjual sesuatu yang sedikit untuk mendapatkan yang lebih
tengah-tengah orang mati? Setiap hari kalian berta'ziah mengunjungi orang yang
dijanjikan padanya. Tidakkah kalian melihat bahwa diri kalian tengah berada di telah menghadap Allah. Ia telah habis ajal hidupnya. Kemudian kalian menanamnya
ke dalam tanah dan meninggalkannya tanpa bantal dan tikar.  

Ia telah berpisah dengan orang-orang yang dicintainya, melepas semua urusan, diam dalam timbunan tanah, untuk mengahadapi perhitungan. Ia harus mempertanggungjawabkan semua amalannya, miskin amal dan kaya maksiat. Maka takutlah kalian pada Allah sebelum datangnya kematian. Demi Allah, aku tidak mengatakan ini melainkan aku merasa tidak ada orang yang dosanya lebih banyak dari dosaku. Maka aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya

Buku ini merupakan salah satu buku yang bagus untuk dibaca
oleh berbagai kalangan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki diri dan
memotivasi diri. Dengan membaca buku ini dapat memupuk jiwa kepemimpinan dengan
nilai-nilai islam. Kelebihan dari buku ini juga dapat dilihat dari kelengkapan
Dibalik kelebihan yang ada pada buku ini, terdapat sedikit kekurangan berupa
sumber-sumber yang sesuai dengan fakta-fakta bukan sekedar opini dari penulis. kesalahan ketik yang tidak mempengaruhi pemahaman terhadap  kisah yang
disampaikan.

Setelah mengetahui kisah kepemimpinan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz yang sangat mengedepankan nilai-nilai islam, diharapkan agar
kedepannya kita memiliki pemimpin yang seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Baik dari cara memimpin, amanah, langkah-langkah yang di lakukan dalam membuat
kebijakan dan memahami permasalahan yang terjadi.

 





Posting Komentar

0 Komentar