Siapa yang Bisa Memberi Umat Muslim Syafaat? oleh Sayyid Muhammad yusuf Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)

Syafaat ini bagai mukjizat nabi yang terakhir untuk menolong umatnya. Sebagaimana Hadits Riwayat Abu Musa berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Aku memberikan izin sebagian umatku untuk masuk surga, dan diantara syafaat aku berhak memberi pertolongan. Karena syafaat secara umum aku berikannya kepada orang-orang yang bertakwa, dan akan tetapi aku juga berikan kepada orang-orang yang berdosa[1]” (Qadi Iyadh, 2005: 252).

            Kemudian hadits tersebut diperkuat oleh sabda Nabi Muhammad, “Telah datang kepadaku Malaikat dari Tuhanku azza wajalla yang menyuruh aku memilih di antara umatku masuk surga atau syafa’at[2] (Hamzah al-Husaini, 1991: 21).

            Imam Ghazali mengungkapkan bahwa syafaat pada nabi-nabi dan bagi para wali merupakan cahaya yang timbul dari kemuliyaan ilahiyah kepada inti kenabian dan dia tersebar kepada diri wali-wali Allah. Lalu pada setiap inti yang menguatkannya bersama inti kenabian melalui kekuatan cinta, banyak memperhatikan sunah-sunahnya, dan memperbanyak zikir dan shalawat kepada nabi Muhammad (Imam Ghazali, 2013: 14).

            Al-Quran juga memberikan syafaat kepada umat nabi Muhammad. Karena Al-Quran yang memberikan petunjuk kepada umat manusia. Tanpanya, hidup manusia akan tersesat dan tidak terarah. Sebagaimana Allah berfirman:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

          "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan pada nya dan petunjuk bagi orang yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah/2 : 2)

Selain itu ada Allah menyatakan lebih tegas bahwa Al-Quran merupakan syafaat (penolong) agar tidak terjerumus dalam siksa neraka:

 وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَا ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ

“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Alquran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan adzab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu” (QS al-An’am/6: 70).

           Jalaludin al-Suyuthi menafsirkan ayat tersebut bahwa al-Quran adalah sebaik-baik nasihat bagi umat manusia. Karena al-Quran merupakan penolong dan pemberi syafaat manusia dari siksa api neraka. Maka tidak ada yang bisa menebus kesalahan yang ada melalui berpegang teguh dengan al-Quran (al-Suyuthi, 1990: 564). Tafsir tersebut menunjukkan bahwa al-Quran akan menjadi saksi dihadapan Allah. Selain itu seseorang yang berpegang teguh kepada dirinya adalah benar-benar seorang mukmin.

            Sedangkan redaksi sabda nabi Muhammad tentang hadis yang menyatakan bahwa al-Quran memberikan syafaat diriwayatkan oleh Abd al-Allah bin Amru :

"الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ , يَقُولُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ , إِنِّي مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ , وَيَقُولُ الْقُرْآنُ : رَبِّ , إِنِّي مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ , فَيُشَفَّعَانِ "

“Puasa dan al-Quran keduanya memberi syafaat kepada seseorang hamba, puasa berkata: (dalam perkataannya dia menyebut) Tuhanku sesungguhnya aku melarang makan dan minum kepada seseorang di siang hari maka jadikanlah aku perantara untuk menolongnya, dan al-Quran berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku melarang tidur kepada seorang hamba di malam hari maka jadikanlah aku perantara untuk menolongnya”[3]

            Melalui pernyataan al-Quran, hadits, dan ulama-ulama salafu al-salih maka ada empat jenis yang bisa memberikan syafaat yaitu al-Quran, puasa, nabi-nabi dan wali-wali Allah. Cara untuk meraih syafaat dari al-Quran yaitu dengan membaca dan berusaha memahami arti ayat-ayat di dalamnya. Mendapatkan syafaat dari puasa senantiasa menjalani puasa sunnah dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah semata. Untuk menggapai syafaat dari nabi-nabi senantiasa membaca sirah-sirah mereka dan khususnya bershalawat kepada nabi Muhammad saw. Sedangkan meminta syafaat kepada wali-wali Allah dengan berkunjung kepada mereka dan  bertawasul pada mereka.


Gambar diambil dari: kalam.indonews.com



[1] Ditakhrij Imam bin Majah di dalam Sunan no. 1441

[2] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Musa al-Asy’ari. Menurut al-Haitsami, orang-orang yang meriwayatkan hadis ini tsiqat (dapat dipercaya 

[3] Hadis riwayat Abdullah bin Amru dari kitab Musnad Ibn Hambal no hadis 98, dan status hadi marfu’





Posting Komentar

0 Komentar